Rabu, 18 Januari 2012

SIMBIOSIS MUTUALISME PETANI DAN MIKROBA


by : ICHSAN KURNIAWAN,SP  

Pola pertanian konvensional yang serba instan memang mulai terasa kian menimbulkan ragam masalah. Pencemaran lingkungan sekitar area pertanaman sebagai akibat dari pemakaian pestisida dan pupuk sintetik pun mulai tampak. Belum lagi kondisi tanah pertanian dimana sistem ini diterapkan. Sejak beberapa tahun silam pemakaiannya, efek perubahan tingkat kesuburan tanah pertanian semakin hari kian terlihat. Tanah menjadi semakin keras.
Hal lain yang mulai kita sadari yakni akumulasi racun yang hampir setiap hari singgah di meja makan rumah kita. Berbagai penelitian mengungkapkan residu bahan kimia berbahaya dari pemakaian pestisida sintetis terakumulasi di dalam tubuh manusia. Endapan yang sedikit demi sedikit terus bertambah tersebut akan mencapai ambang batas dimana melahirkan masalah serius pada kesehatan. Residu tersebut bersifat toksik dan menimbulkan jenis-jenis penyakit yang mampu membunuh semisal kanker 

Illustrasi. Dok. Ichsan Kurniawan,SP- Nutrisi dan Mikroba Kelompok Mubarakah
Tiga tahun belakangan pertanian organik bisa dibilang menjadi sebuah trend. Produk dari pola pertanian ramah lingkungan ini semakin mendapat tempat. Harga hasil pertaniannya pun bisa menjadi dua sampai tiga kali lipat dibanding produk usaha tani konvensional.
Serta merta program pemerintah pun mulai diarahkan ke sana. Dinas atau instansi mencanangkan visi dan misi yang merancangkan program atau kegiatan berkaitan dengan pengembangan pertanian organik yang dituding sangat membela petani. Namun terlepas dari hal tersebut, pertanian organik memang mengandung banyak nilai positif dan baik.
Bagaimana tidak, petani diajarkan untuk sadar dan konsisten menjaga moral dalam bertani. Pemanfaatan potensi serta sumber daya alam pun sekaligus menjadi solusi dalam mengatasi berbagai masalah sarana produksi (saprodi) sebagai misal kelangkaan pupuk, harga pupuk maupun pestisida yang kian tak terjangkau.
Selain itu pertanian organik dipapah menuju kemandirian petani dalam bersuaha tani. Menuntut jiwa fair dalam beragribisnis serta merancang pola pikir sumber daya manusia (SDM) yang kreatif, berilmu-pengetahuan dan teknologi dengan kemandiriannya tersebut.
Tentu saja. Bukankah pertanian organik menuntut petani dalam memadukan kegiatan pertanian dengan elemen lain seperti peternakan. Selanjutnya mau tak mau, petani dengan dibekali kemampuan dasar yang diberikan melalui penyuluhan, akan memahami kaidah pertanian organik. Prinsip-prinsip dasar tersebut berilmu-pengetahuan dan merangsang pola pikir masyarakat tani. Tak menutup kemungkinan juga berawal dari hal tersebut, akan melahirkan petani-petani peneliti. Dengan mengetahui ilmu dasar seperti prinsip mikroba, kandungan unsur hara, kebutuhan tanah dan lainnya, maka lambat laun- selama petani mau bertahan untuk konsisten di pertanian organik, pengetahuan tersebut akan berkembang terus dan terus.
Secara garis besar harapan pertanian organik adalah kelestarian lingkungan yang bersahaja. Hal ini akan tergambar dari terjalinnya hubungan baik (simbiosis mutualisme = saling menguntungkan) antara petani dengan lingkungan termasuk mikroorganisme.

TEKNIS PENGKOLEKSIAN
Berikut adalah beberapa tahapan pemanfaatan jasa mikroba dalam usaha tani. Pengkoleksian mikroba yang dikenal dengan MOL dilakukan dalam membantu penyuburan tanah yang berarti juga kita mengkondisikan mikroba pada habitat yang benar tanpa membunuhnya dengan pemakaian sarana produksi berbahan kimia berbahaya. Pengkoleksian ini dengan tujuan dapat dimanfaatkan dalam kegiatan usaha tani berbagai komoditi.

Mikroba I
-          Beras dimasak dengan kondisi akhir menjadi nasi yang agak keras atau belum menjadi nasi 1 kilogram
-          Sesudah langkah pertama kemudian nasi didinginkan
-          Masukkan ke dalam wadah dapat berupa ruas bambu yang di belah dan kemudian di ikat pada kedua sisinya
-          Simpan di bawah pohon bambu selam ± 3 – 4 hari
-          Pindahkan nasi dari ruas bambu ke pot tanah atau stoples

Mikroba II
-          Kedalam pot tanah atau stoples yang telah diisi dengan mikroba I dengan perbandingan 1 : 1 ( 1kg mikroba : 1 kg gula merah (saka))
-          Tutup pot tanah atau stoples dengan kertas yang berpori dan di ikat dengan karet.
-          Lakukan fermentasi di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung  ± 5 – 7 hari
-          Sudah bisa dipakai untuk kompos dan campuran pakan ternak

Mikroba III
-          Encerkan mikroba II dengan air 1000 x ( 1 cc mikroba 2 dua ditambahkan 1 ltr air).
-          Basahi dedak halus dengan mikroba 2 (dua) yang telah di encerkan dengan air dengan kebasahan 65 – 70 % dengan indikasi apabila di kepal akan bulat dan dijatuhkan akan pecah.
-          Fermentasi di atas lantai tanah dengan ketebalan ±10 – 15 cm.
-          Tutup dengan jerami atau daun-daunan, kemudian diatasnya tutup dengan plastik untuk menghindarkan dari air hujan selama ± 7 hari, di aduk 2 – 3 kali selama proses fermentasi.
-          Sudah bisa di pakai untuk pengomposan.
Mikroba IV
-          Tambahkan tanah lahan dan tanah gunung atau tanah rumpun bambu ke dalam mikroba III dengan perbandingan 1 : 1 : 1 (satu bagian mikroba III ditambah tanah gunung satu bagian dan ditambah tanah dari lahan satu bagian kemudian diaduk rata)
-          Ditebar dan didatarkan di atas tanah dengan ketebalan 15 – 20 cm.
-          Tututp dengan jerami, kemudian tutup dengan plastik agar terhindar dari air hujan.
-          Biarkan, fermentasi selama ±7 hari.
-          Baru bisa diaplikasikan ke lahan, sebaiknya ditambahkan abu dapur 1/3 bagian dengan dosis 1,5 ons/m2.
Mikroba V
-          Tambahkan pupuk kandang yang telah kering ke dalam mikroba 4 (empat) dengan perbandingan 1 : 1 (satu bagian mikroba IV ditambahkan satu bagian pupuk kandang)
-          Kemudian di aduk rata dan di gelar di atas tanah ketebalan 15 – 20 cm.
-          Tutup dengan jerami atau daun-daunan, kemudian ditutup dengan plastik, untuk menghindari dari air hujan.
-          Fermentasi selama ±7 hari.
-          Mikroba 5 (lima) siap untuk dipakai di lahan dengan dosis 1,5 ons/m2.

2 komentar:

  1. Ada banyak cara menjalin hubungan baik dengan mikroba pak PPL.. beradasarkan pengalaman ada tuh yang namanya bikin MOL sayur, buah, keong mas dsb...

    BalasHapus
  2. Siiip pak... Thanks.. Ntar juga diposting deh teknisnya..

    BalasHapus

PERKEMBANGAN POPULASI HAMA TIKUS

Ichsan Kurniawan,SP, M.Si Tanaman padi ( Produsen ) akan lebih cepat habis karena jumlah tikus banyak sedangkan pemangsa tikus ( Ular ) mu...