Kamis, 26 Januari 2012

Korelasi Positif Pertanian Organik dan Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP)

-->oleh : ICHSAN KURNIAWAN,SP
Dok. Kelompok Tani Organik Mubarakah, Nagari Sungai Landia



Pola pertanian konvensional yang serba instan memang mulai terasa kian menimbulkan ragam masalah. Pencemaran lingkungan sekitar area pertanaman sebagai akibat dari pemakaian pestisida dan pupuk sintetik pun mulai tampak. Belum lagi kondisi tanah pertanian dimana sistem ini diterapkan. Sejak beberapa tahun silam pemakaiannya, efek perubahan tingkat kesuburan tanah pertanian semakin hari kian terlihat. Tanah menjadi semakin keras.
Hal lain yang mulai kita sadari yakni akumulasi racun yang hampir setiap hari singgah di meja makan rumah kita. Berbagai penelitian mengungkapkan residu bahan kimia berbahaya dari pemakaian pestisida sintetis terakumulasi di dalam tubuh manusia. Endapan yang sedikit demi sedikit terus bertambah tersebut akan mencapai ambang batas dimana melahirkan masalah serius pada kesehatan. Residu tersebut bersifat toksik dan menimbulkan jenis-jenis penyakit yang mampu membunuh semisal kanker. 
Tiga tahun belakangan pertanian organik bisa dibilang menjadi sebuah trend. Produk dari pola pertanian ramah lingkungan ini semakin mendapat tempat. Harga hasil pertaniannya pun bisa menjadi dua sampai tiga kali lipat dibanding produk usaha tani konvensional.
Serta merta program pemerintah pun mulai diarahkan ke sana. Dinas atau instansi mencanangkan visi dan misi yang merancangkan program atau kegiatan berkaitan dengan pengembangan pertanian organik yang dituding sangat membela petani. Namun terlepas dari hal tersebut, pertanian organik memang mengandung banyak nilai positif dan baik.
Bagaimana tidak, petani diajarkan untuk sadar dan konsisten menjaga moral dalam bertani. Pemanfaatan potensi serta sumber daya alam pun sekaligus menjadi solusi dalam mengatasi berbagai masalah sarana produksi (saprodi) sebagai misal kelangkaan pupuk, harga pupuk maupun pestisida yang kian tak terjangkau.
Selain itu pertanian organik dipapah menuju kemandirian petani dalam bersuaha tani. Menuntut jiwa fair dalam beragribisnis serta merancang pola pikir sumber daya manusia (SDM) yang kreatif, berilmu-pengetahuan dan teknologi dengan kemandiriannya tersebut.
Tentu saja. Bukankah pertanian organik menuntut petani dalam memadukan kegiatan pertanian dengan elemen lain seperti peternakan. Selanjutnya mau tak mau, petani dengan dibekali kemampuan dasar yang diberikan melalui penyuluhan, akan memahami kaidah pertanian organik. Prinsip-prinsip dasar tersebut berilmu-pengetahuan dan merangsang pola pikir masyarakat tani. Tak menutup kemungkinan juga berawal dari hal tersebut, akan melahirkan petani-petani peneliti. Dengan mengetahui ilmu dasar seperti prinsip mikroba, kandungan unsur hara, kebutuhan tanah dan lainnya, maka lambat laun- selama petani mau bertahan untuk konsisten di pertanian organik, pengetahuan tersebut akan berkembang terus dan terus.
Hal ini tak lain dan tak bukan akan memuara pada kemampuan petani mengintegrasikan berbagai aspek untuk mencapai satu titik yakni kesejahteraan. Dengan menerapkan pertanian organik, secara otomatis petani akan membutuhkan ternak sebagai produsen pupuk mereka.
Pemerintah provinsi Sumatera Barat pun telah beberapa tahun ini gencar mengkampanyekannya. Ditambah lagi tahun lalu, tujuan akhir berbagai program tersebut mulai tampak jelas yakni dengan dikuatkannya melalui Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP). Gerakan ini dirancang sebagai bentuk dari upaya percepatan perekonomian Sumatera Barat. Dan sebagai wujudnya adalah tuntutan penambahan jam kerja petani dengan minimal tiga jenis usaha. Inilah pertanian terpadu. Terintegrasi dengan peternakan, perikanan, perkebunan maupun kehutanan.
Setiap kabupaten dialokasikan 4 nagari dengan  memberdayakan kelompok tani- kelompok tani yang ada di wilayah tersebut. Termasuk nagari di lingkup Kabupaten Agam. Penyuluh sebagai ujung tombak dari pensuksesan gerakan tersebut. Gerakan ini diwujudkan dengan pemberdayaan kelompok tani yang ada di nagari. Dengan minimal 3 jenis usaha tersebut, diharapkan pendapatan petani bisa minimal 2 juta per bulannya.
Di tahun 2015 mendatang dari 62 nagari yang ditargetkan di tahun ini di Sumatera Barat, bisa berkembang menjadi 310 nagari dengan 12.400 KK tani sasaran. Salah satu program yang efektif  dan mendukung dalam pewujudan kegiatan tersebut yakni dengan memulai menyuarakan pertanian organik dan manfaatnya. Selain memiliki beragam keuntungan dari segi peminimalan biaya produksi, sistem pertanian ramah lingkungan dan sehat juga polanya menuntut integrasi antara pertanian dan peternakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERKEMBANGAN POPULASI HAMA TIKUS

Ichsan Kurniawan,SP, M.Si Tanaman padi ( Produsen ) akan lebih cepat habis karena jumlah tikus banyak sedangkan pemangsa tikus ( Ular ) mu...