Minggu, 29 Januari 2012

Belajar dari Pelaku Agribisnis Dadakan di Pasa Pabukoan


Oleh : ICHSAN KURNIAWAN,SP

Ketika bulan Ramadhan memang bulan yang penuh rahmat. Betapa tidak, selain secara rohani merupakan salah satu bulan sakral yang menyediakan kesempatan/ momen meningkatkan derajat diri di mata Allah, memperbaiki hubungan sesama manusia (hambluminannas) serta mensucikan diri dari segala dosa yang pernah dilakukan di masa dahulu. Ketika bulan suci datang, selain hal tersebut bulan ini juga memberikan rahmat lain. Kehadiran pasa pabukoan di bulan Ramadhan telah membuka peluang bisnis dadakan, termasuk bidang agribisnis. Pasa pabukoan sendiri yakni pasar dadakan yang menjual beragam jajanan baik segar maupun olahan. Istilah pasa pabukoan sendiri merupakan istilah urang awak (orang Minang) dalam menyebut pasar kaget ini yang ditemui merata di mana pun di Indonesia.
Seperti kita ketahui bahwa agribisnis tersebut didefinisikan sebagai semua aktifitas mulai dari pengadaan sarana produksi sampai dengan pemasaran produk yang dihasilkan oleh usahatani dan nelayan serta agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Jadi azaz agribisnis sendiri mulai dari penyediaan sarana produksi, kegiatan usaha tani sendiri, pengolahan hasil hingga penyediaan jasa layanan.
Bila kita perhatikan, di pasa pabukoan memang macam ragam jualan yang disajikan. Walaupun pasa pabukoan memang lebih identik dengan jenis-jenis bubur misalnya saja cindua, bubua campua, kampiun, dalimo dan lain-lain. Namun saat ini yang namanya pasa pabukoan telah menawarkan lebih dari sekedar bubur-buburan. Varian panganan pilihan mulai dari samba (lauk), gorengan, kue-kuean hingga aneka minuman seperti jus buah juga ikut nimbrung.
Disini lah peluang agribisnis dadakan bisa kita lihat cukup terbuka karena bisa dipastikan pasa pabukoan ini jarang sekali lengang. Banyak pilihan peluang yang bisa dilirik berkait dengan sektor pertanian atau peternakan yang selama ini masih dilakukan pedagang tulen. Artinya selama ini jarang sekali keluarga petani atau peternak juga melakukan kegiatan off-farm (khususnya pengolahan hasil). Petani atau keluarga tani kita cenderung berkutat pada proses menghasilkan produk pertanian sampai panen saja (on-farm). Pola ini yang menjadi tuntutan dalam mensejahterakan petani saat ini bahwa petani dituntut punya naluri bisnis, bukan hanya sebagai pelaku usaha tani.
Kita ambil contoh saja pedagang buah keliling yang hanya mengambil keuntungan jualan dengan melakukan jasa  pengupasan dan pemotongan terhadap buah seperti nenas, sawo atau pepaya. Buah misalnya pepaya yang sedianya dibeli seharga tujur ribu rupiah, nilainya di tangan pedagang buah keliling bisa menjadi enam belas hingga dua puluh ribu rupiah. Hal yang sama juga bisa kita dapati pada pedagang jus buah. Hanya dengan memberikan sentuhan tambahan terhadap buah seperti wortel, pepaya maupun jeruk, nilai ekonomisnya bisa meningkat dua sampai tiga kali lipat.
Kalau kita cermati, di luar bulan ramadhan sendiri sebenarnya mulai maraknya pedagang makanan olahan hasil pentanian tersbut. Beragam produk yang ditawarkan bisa kita lihat di pasar-pasar dan ini juga tergantung kreatifitas masing-masing. Sebut saja beragam produk tersebut seperti pisang keju, jamur crispy, tiram goreng (tireng) dan beragam minuman seperti tebu panggang atau pun macam-macam jus buah.
Terlepas dari bulan Ramadhan atau tidak, sebenarnya peluang tersebut tetap terbuka. Namun memang menuntut kemauan dan kekreatifitasan keluaraga petani dalam melakoninya.
Dan hal ini sejalan dengan harapan pemerintah Provinsi Sumatera Barat khususnya Kabupaten Agam melalui banyak program terkait pertanian seperti Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP), Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Peningkatan Kesejahteraan Pelaku Usaha Mikro dan Kecil dan lainnya yang juga disinkronkan dengan beberapa dinas terkait bahwa semua lebih dititik beratkan bagaimana merangsang gairah petani dalam kegiatan agribisnis secara menyeluruh dan tidak terpaku hanya pada on-farm. Dengan penambahan jam kerja efektif petani kita dari 3,5 jam/hari menjadi 8 jam/hari dengan minimal 3 jenis usaha, maka diharapkan penghasilan petani dapat meningkat dan akhirnya pensejateraan petani dapat diwujudkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERKEMBANGAN POPULASI HAMA TIKUS

Ichsan Kurniawan,SP, M.Si Tanaman padi ( Produsen ) akan lebih cepat habis karena jumlah tikus banyak sedangkan pemangsa tikus ( Ular ) mu...