Kamis, 17 Februari 2022

TEKNIK OPTIMALISASI PEKARANGAN SEDERHANA UNTUK KELUARGA



oleh : ICHSAN KURNIAWAN,SP

 
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Sebagai imbalannya RTSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
2 dari tujuan utama PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama kelompok masyarakat miskin. Secara khusus, tujuan PKH adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM
b. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM melalui ragam keterampilan termasuk dalam bidang pertanian,

A.    PENGERTIAN PEKARANGAN
      Pekarangan merupakan  sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup.
     
Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna antara lain yaitu;
1.   Selain untuk penghijauan, tanaman sayuran dapat menjadi sumber kebutuhan sayur;
2.   Salah satu bentuk penyaluran hobi;
3.   Timbulnya rasa bangga jika mampu memanen dan mengkonsumsi sayuran yang ditanam sendiri ;
4.   Diperolehnya sayuran yang lebih terjamin kebersihan dan mutunya, karena penggunaan pestisida yang dapat ditekan semaksimal mungkin;
5.   Bertanam sayuran berarti melatih seluruh anggota keluarga untuk lebih mencintai Alam ;
6.   Bahkan di tengah kondisi harga bahan kebutuhan pokok naik,menanam sayur mayur di kebun dapat turut membantu perekonomian dalam rumah tangga , bahkan kalau hasilnya lebih, bisa dijual ke pasar.

      Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama dalam menunjang suksesnya Pembangunan antara lain dengan memanfaatkan tanah-tanah pekarangan secara intensif. Setiap anggota masyarakat  baik yang tinggal di kota maupun di pedesaan mempunyai atau hidup dalam suatu  pekarangan, hanya penduduk yang berdomisili di pedesaan biasanya dapat menikmati tingkat ketenangan yang relatif lebih baik karena terhindar dari keramaian atau volusi, namun bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan itu nampaknya masih belum memanfaatkan potensi tanah pekarangannya.

Pekarangan bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan saja, tetapi lebih daripada itu adalah guna meningkatkan perekonomian keluarga masing-masing. Jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam di pekarangan rumah masing-masing adalah jenis sayur-sayuran, buah-buahan, obat-obatan, tanaman hias dan lain sebagainya yang kesemuanya itu dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan selebihnya bisa dijual.

Pemanfaatan Pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga.

B.    PRINSIP PEMANFAATAN PEKARANGAN

            Bila diteliti lebih jauh tentang manfaat pekarangan dengan melakukan intensifikasi tanaman pekarangan di jumpai tiga prinsif utama yakni;
1.   Prinsip dengan pengeluaran biaya serendah mungkin dimaksudkan dengan mengeluarkan biaya sedikit didalam melaksanakan penanaman di dalam pekarangan tersebut akan dapat hasil yang lebih banyak, sehingga dengan usaha memanfaatkan tanah pekarangan itu berarti keluarga bersangkutan telah melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi didalam meningkatan pendapatan.
                 Untuk dapat menunjang suksesnya tanaman- tanaman di dalam pekarangan tersebut perlu pula melakukan pemupukan dengan pupuk kandang, kompas yang diperoleh tanpa membeli atau diperoleh dari dalam pekarangan itu sendiri.
                 Jika ada bibit penyakit pada tanaman didalam pekarangan tersebut disarankan supaya sebaiknya didalam melakukan pemberantasan jangan memakai obat-obatan yang untuk memperolehnya harus mengeluarkan uang, tetapi sebaiknya diberantas dengan membakar sampah-sampah sedikit demi sedikit.
2.   Prinsip berkesinambungan, dengan maksud melakukan usaha tanaman pekarangan itu tidak hanya sekali saja atau hanya pada waktu diingatkan saja, namun sebaiknya dilakukan terus-menerus karena pada hakekatnya usaha yang berkelanjutan itu akan memberikan kemanfaatan atau kemudahan bagi keluarga sendiri untuk menunjang kebutuhan hidup selama-lamanya. Manusia selama hidup selalu membutuhkan makanan sedangkan apa yang diusahakan melalui intensifikasi tanaman pekarangan tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
3.   Prinsip pengembangan  tanaman bergizi tinggi, yaitu jenis- jenis  tanaman yang akan ditananam tersebut sebaiknya diseleksi jenis tanaman yang bisa memberikan gizi tinggi tanpa mengurangi, pertimbangan penyesuaian faktor iklim, tempat, selera dan lain sebagainya. Pemerintah dalam hal ini, khususnya bagi Dinas Pertanian yang lebih banyak tahu tentang jenis tanaman yang bergizi tinggi itu akan sering memberikan dorongan kepada masyarakat atau sama sekali belum pernah dirasakan oleh  masyarakat setempat pada suatu lingkungannya.

C.    POLA TANAM PEKARANGAN
            Ditinjau dari tata letak pekarangan, pola penanaman pekarangan yang baik dapat diatur seperti : tanaman halaman muka, sebaiknya ditanam dengan bunga-bungaan, sayur-sayuran yang pohonnya pendek dan tanaman yang pohonnya agak tinggi sebaiknya ditanam dipinggir dari pekarangan halaman muka itu sehingga tidak mengganggu pancaran sinar matahari yang mau masuk kehalaman rumah.
1.   Tanaman Sisi Rumah, sebaiknya jenis tanaman sayur-sayuran, obat-obatan dan bumbu-bumbuan dengan menghindari tanaman yang berpohon tinggi apalagi berpohon besar. tanaman yang berpohon besar akan berakar besar pula sehingga bisa merusak pondasi rumah disamping pekarangan menjadi sangat lembab.
2.   Tanaman Belakang Rumah, bisa dilakukan dengan jenis tanaman yang pohonnya agak tinggi tetapi tidak begitu besar dan pilih yang bisa memberikan hasil secara teru-menerus dan bisa juga tanaman hias yang mempunyai harga relatif tinggi     atau mahal.
3.   Tanaman Pagar. dimaksudkan sebagai tanaman batas pekarangan hendaknya dipergunakan pagar hidup yang cepat tumbuh, banyak cabang, kuat dan lebat, tanah pangkas dan bermanfaat banyak, misalnya : beluntas bisa dipakai untuk obat dan lalap, tanaman puring, mongkokun, kedondong, belimbing dan lain sebagainya

D. POTENSI PENGEMBANGAN
            Komoditi yang diusahakan dipekarangan sebaiknya disesuaikan dengan kesesuaian komoditi dengan daerah yang bersangkutan, peluang pasar, dan nilai guna meliputi:
1.   Tanaman pangan:
a.   Sayuran buah seperti cabai besar, cabai rawit, kapri, kecipir, tomat, buncis,kacang panjang, terong , mentimun , pare dan paprika .
b.   Sayuran daun seperti kangkung, caisim, bawang daun, bayam, kubis, kemangi, seledri, selada,  sawi, dan talas daun.
c.   Sayuran bunga seperti kol, brokoli dan bunga papaya
d.   Sayuran umbi seperti wortel, kentang, bawang merah dan bawang putih, bawang bombay, dan lobak serta tanaman bumbu dan empon-emponan seperti temu kunci, kencur, serai, lengkuas dan kunyit yang masih termasuk tanaman sayuran umbi-umbian
e.   Tanamanbuah-buahan, obat-obatan, tanaman hias;
2.  Ternak: ternak unggas hias, ternak petelur, ternak pendaging
3.  Ikan: ikan hias, ikan produksi daging, pembenihan dan lain-lain.


 
TEKNIK OPTIMALISASI PEKARANGAN SEDERHANA

Langkah-langkah pembuatan unit vertikultur sistem rak adalah sebagai berikut :
  1. Buat serangkaian rak dengan tinggi kira-kira 1 m, lebar 1 m, panjang sesuai kebutuhan,
  2. Atur empat rangkaian rak secara berundak, dengan jarak antara undakan adalah kira-kira 30 cm, dan lebar masig-masing rak adalah 25-30 cm,
  3. Potong talang air dengan ukuran sesuai rangka rak yang dibuat, lalu masing-masing ujung talang ditutup menggunakan penutup talang lalu dilekatkan menggunakan lem secara permanen,
  4. Lubangi dasar talang dengan bor atau pisau, diameter lubang kurang lebih 1 cm dan jarak antar lubang berkisar 15-20 cm,
  5. Isi talang menggunakan media tanam yang telah disiapkan, dan lakukan penyusunan pada rak.


Teknik pembuatannya didahului dengan memilih teknik yang dibutuhkan serta menyiapkan tempat bertanam misalnya pipa, bamboo atau pohon pisang. kita membuat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm Anda tentu saja bisa menggunakan alat lain seperti pahat, atau apa saja yang Anda punya untuk membuat lubang.
Lubang dibuat secara selang-seling pada keempat sisi bambu (kita asosiasikan permukan bambu dengan bidang kotak). Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam, pada dua sisi lainnya masing-masing dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam secara keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm, sedangkan jarak antar lubang kita buat 30 cm.
Jika diilustrasikan dengan permukaan datar, posisi lubang-lubang tanam akan tampak seperti gambar di bawah ini.

Kini saatnya menanam bambu dengan memasukkan 20 cm bagian bawah ke dalam tanah. Kita menempatkan kedua batang bambu pada jarak satu meter lebih, walaupun 40-50 cm barangkali masih memadai. Batang bambu tidak ditancapkan begitu saja, melainkan dibuatkan lubang dulu seperlunya.

Teknik lain yakni dengan melubangi sepanjang bamboo untuk memasukkan media tanam. Dengan ukuran bamboo panjang 120 cm, kita menyisakan pada sisi kiri dan kanan sepanjang + 5 cm.

Pengadaan media tanam
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang kita gunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.

Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

Persiapan bibit tanaman dan penanaman
Jauh sebelum kita berencana membuat wadah vertikal, kita telah mulai mempersiapkan sejumlah bibit tanaman, tadinya untuk ditanam langsung ke tanah. Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, barulah kita menetapkan ide untuk menanam secara vertikal. Jadi dalam hal ini, kebetulan waktunya tepat. Pada dasarnya ada tiga tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman.

Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Di sini kita menggunakan wadah khusus persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi). Kita juga menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas tempat kue. Adapun untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang bersifat organik.

Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika menggunakan wadah lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga minggu setelah persemaian benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih yang sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindahtanamkan. Karena waktu itu kita belum berencana untuk menanamnya di tanah, juga belum terpikir tentang vertikultur, bibit-bibit tadi kita pindahkan ke polybag dan wadah-wadah lain yang bisa kita gunakan.

Bibit tanaman yang kita pindahkan ke wadah bambu sudah berumur lebih dari satu bulan, daunnya pun sudah bertambah. Karena kita hanya memiliki total 20 lubang tanam dari dua batang bambu, maka kita cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik. Kita memilih 10 bibit tanaman cabe merah dan 10 bibit tomat. Sebelum bibit-bibit ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu kita menyiramkan air ke dalamnya. Kita menyiram hingga jenuh, ditandai dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah kita rasa cukup, kita pun mulai menanam bibit satu demi satu. Setiap lubang tanam kita bolongi lagi tanahnya untuk memasukkan akar. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit (cabe merah dan tomat) kita kelompokkan di wadah bambu terpisah. Kini kita memiliki dua “kebun vertikal”.

Perkembangan dan pemeliharaan
Pada hari pertama setelah penanaman, sejumlah daun menguning dan beberapa di antaranya malah berguguran. Namun, 2-3 hari kemudian, daun-daun muda bermunculan. Satu bulan kemudian batang semakin besar, cabang bertambah, dan daun semakin rimbun, menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan meskipun tidak sepesat pola tanaman normal yang ditanam di tanah, atau setidaknya di pot.

Seperti halnya tanaman konvensional, tanaman vertikultur harus disiram dan dipupuk secara berkelanjutan, juga dilakukan penyemprotan untuk mencegah dan/atau membunuh hama pengganggu. Dan seperti juga tanaman dalam wadah lainnya, pemupukan harus lebih sering karena tanaman tidak mendapatkan unsur hara yang umumnya terdapat secara alami di dalam tanah. Karena posturnya yang jangkung dan wadah yang sebagian besar tertutup, kita berpikir bahwa yang cocok digunakan adalah pupuk cair. Kita memilih salah satu produk pupuk cair organik yang saat ini sudah banyak beredar di pasar. Untuk pengusir hama, kita juga menggunakan produk berbahan organik dari pasar yang selain untuk mengusir hama juga memiliki fungsi untuk mempercepat penguraian bahan pupuk organik.

Kita menyukai kenyataan walaupun awalnya agak aneh, bahwa untuk menyiram, kita hanya “memasukkan” air dari atas lubang bambu. Begitupun ketika mengaplikasikan pupuk cair. Selain itu kita juga mencipratkan air dan pupuk cair langsung ke daun tanaman, atau dengan menggunakan semprotan. Satu hal lagi yang meringankan kita dalam memelihara tanaman vertikultur adalah kita tidak perlu membersihkan gulma, karena memang (sejauh ini) belum ada gulma yang tumbuh. Bandingkan jika ditanam di tanah atau di pot yang memungkinkan gulma tumbuh sangat rajin. Hari ini dibersihkan, dua hari kemudian sudah muncul lagi.

Bentuk-bentuk veltikultur
Model dan bahan untuk membuat wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Selain bambu dapat juga digunakan paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa. Ada beberapa model lain yang ingin dan telah kita coba, dengan bahan bambu yang sangat dominan. Kita hanya ingin memanfaatkan sisa-sisa bahan bangunan yang digunakan waktu renovasi, karena kita percaya bahwa salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.

(disari dari berbagai sumber)

PERKEMBANGAN POPULASI HAMA TIKUS

Ichsan Kurniawan,SP, M.Si Tanaman padi ( Produsen ) akan lebih cepat habis karena jumlah tikus banyak sedangkan pemangsa tikus ( Ular ) mu...