Selasa, 04 Juni 2013

Sang Ilmuwan Botani Muslim

Al Dinawari atau yang bernama lengkap Ahmad bin Daud Al-Dinawari atau Abu Hanifah lahir di kota Dinawari pada tahun 820 Masehi. Ia adalah seorang ilmuwan Islam yang terkenal karena salah satu karyanya yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu botani, yaitu kitab Al Nabat. Kitab ini memuat diskripsi mengenai ratusan jenis tanaman dan penjelasan mengenai berbagai jenis tanah, karakteristik, kualitas, sifat, serta tanah mana yang baik untuk ditanami.

Ayahnya bernama Abu Hanifa Ahmad bin Dawud bin Wa nand. Sang ilmuwan Muslim ini se jak kecil sudah menunjukkan mi nat nya yang tinggi terhadap ilmu pe ngetahuan. Ia mempelajari bera gam ilmu, seperti astronomi, mate matika, dan mekanik di Ishafan, Iran.

Ad-Dinawari Bapak Botani dari Dunia Islam,Ketika Revolusi Pertanian Islam bergulir di era kekhalifahan, para insinyur Mus lim berhasil mencapai kemajuan yang begitu gemilang dalam ilmu tumbuh-tumbuhan alias botani. Para ahli botani Mus lim di zaman keemasan Islam mam pu menampilkan keahliannya dalam agronomi, agroteknik, meteorologi, klimatologi, hidrologi, penguasaan lahan, serta manajemen usaha pertanian.

Tak cuma itu, para ahli botani dan pertanian Muslim juga sudah menguasai beragam pengetahuan lainnya, seperti ekologi, pertanian, pedologi, irigasi, serta pengetahu an penunjang pertanian lainnya. Berkat penguasaan pengetahuan itulah, Revolusi Hijau yang dikembangkan dunia Islam mencapai puncak kesuksesan.

Salah seorang insinyur Muslim yang menjadi otak di balik kesuksesan Revolusi Hijau itu adalah ad- Dinawari (828-896 M). Toufic Fahd (1996), dalam bukunya bertajuk Botany and Agriculture menabal kan ad-Dinawari sebagai pendiri botani atau ilmu tumbuh-tumbuh an di dunia Islam. Sejatinya, dia layak ditahbiskan sebagai Bapak Botani.

Botani merupakan kajian sainti fik untuk kehidupan tumbuhan. Se bagai satu cabang biologi, botani kadang kala dirujuk sebagai sains tumbuhan atau biologi tumbuhan. Botani merangkumi berbagai disiplin saintifik yang mengkaji struktur, pertumbuhan, pembiakan, me ta bolisme, perkembangan, pen y a kit, ekologi, dan evolusi tumbuhan. Sang insinyur telah menulis sebuah buku botani yang sangat menakjubkan pa da abad ke-9 M yang berjudul Kitab al-Nabat (Buku Tumbuhtumbuhan).

Dalam kitabnya itu, ad-Dinawari mam pu menjelaskan sekitar 637 jenis ta nam an. ‘’Ad-Dina wari pun memba has evolusi tanam an mulai dari ke mun culan hingga kematian,’‘ ung kap Taufic Fahd. Tak hanya itu, sang insinyur juga mengupas fase pertumbuhan tanaman, produksi bunga, dan buah.

Sejatinya, ad-Dinawari ber na ma lengkap Abu Hanifah Ahmad ibnu Dawud Dinawari. Insinyur asal Persia itu dikenal sebagai il muwan serbabisa. Selain sebagai perintis botani, ad-Dinawari juga dikenal menguasai beragam ilmu, seperti astronomi, pertanian, metalurgi, geografi, matematika, dan sejarah.

Selain itu, ilmu bahasa dan sas tra juga telah membetot perhatian ad-Dinawari. Untuk mempelajari bahasa dan sastra, ad-Dinawari harus hijrah ke dua kota penting di Irak pada zaman kejayaan Dinasti Abbasiyah, yakni Kufah dan Bas rah. Sang ilmuwan Muslim fen o- me nal itu meninggal dunia pada 24 Juli 896 M di kota kelahirannya, Di na war. Nama ad-Dinawari pun diambil dari kota tempat kelahiran dan kematiannya.

Prof MR Izady dalam karyanya bertajuk The 1.100 Anniversary of Abu-Hanifa Dinawari menuturkan, saat itu, Kota Dinawar telah menjelma sebagai kota besar di Kurdis tan Selatan. Dinawar terletak di kawasan yang strategis karena ber ada di antara wilayah Timur dan Barat yang dikenal sebagai jalur utama perdagangan internasional, Jalur Sutera. ‘’Hingga kini, kota itu dikenal sebagai penghasil ilmu wan dan pemikir, seperti ad-Dina wari,’‘ cetus Prof Izady.

Menurut catatan sejarah, ad-Di nawari adalah keturunan bangsa Kurdi. Ia merupakan keturun an Wanand. Ad-Dinawari me rupakan generasi kedua yang memeluk agama Islam. Dari kota itu, terlahir juga seorang ula ma dan ahli agama ber nama Muham mad ibnu Abdullah ibnu Mihran Dinawari dan ahli tata bahasa yang bernama Abu-Ali Ahmad ibnu Jafar ibnu Badh Dinawari.

‘’Mereka juga ada lah generasi kedua yang memeluk Islam,’‘ papar Prof Izady. Me nu rut dia, hingga ki ni, pendu duk Kota Dinawar tak pernah melupakan jasa dan kontri busi yang diberikan Abu Hanifa ad- Dinawari dalam mengembang kan ilmu pengetahuan. Setiap ta hun, masyarakat di kota itu memperi ngati hari Abu Hanifa Di nawari.

Sungguh luar biasa, penduduk asli kota itu sangat menghormati Abu Hanifah Dinawari berkat kontribusinya bagi sejarah dan kebudayaan,’‘ tegas Prof Izady. Salah satu kontribusi paling penting yang diberikan ad-Dinawari bagi peradaban manusia adalah Kitab al-Nabat. Itulah sebabnya dia dianggap sebagai penemu botani dari Arab.

Dia juga dianggap sebagai penu lis pertama yang mendis kusi kan bang sa Kurdi. Ia mengupas jejak dan sejarah bangsa Kurdi lewat bu kunya yang bertajuk Ansab al-Ak rad (Keturunan Kurdi). Ad-Di na wari pun dikenal sebagai se orang sejarawan. Karya sejarahnya ditu ang kan dalam buku berjudul Kitab al-Akhbar al-Tiwal (Book of Long Narratives). Buku itu mengi sahkan jejak kehidupan manusia mulai dari pra-Islam hingga era Islam.

Ad-Dinawari dikenal sebagai seorang pemikir berkelas dunia. Para ilmuwan modern mengagumi ketelitian, ketepatan, serta keandalan ilmuwan Persia itu. Tak heran jika namanya disejajarkan dengan ilmuwan Muslim legenda ris, seperti Ibnu Khaldun yang di kenal lewat bukunya yang berjudul Al-Muqaddimah. Ad-Dinawari dikenal dengan keluasan ilmu pengetahuannya. Karya ad-Dinawari yang sudah hilang ternyata bisa ditemukan la gi dalam karya ilmuwan lain. Ba nyak ilmuwan yang menja di kan buah pikirnya se bagai refe rensi dan ada pula yang menulis ulang bukunya.

Sejarawan dan ahli etnografi terkenal, Mas’ udi, mengata kan, Ibnu Qutayba Dina wari telah mengkopi Buku Orientasi Per bin tangan (Book of Astral Orientati ons) karya Abu Hanifa ke dalam karyanya. Dalam bidang astronomi, sosok ad-Dinawari pun begitu dihormati dan dika gumi. Ia dikenal sebagai se orang as tro nom hebat asal Persia yang me nemukan Galaksi Andro meda.

Sejarawan B Lewin dalam biografi tentang Abu Hanifa ad- Di nawari mengatakan, generasi muda Mus lim patut mencontoh sang ilmu wan. Salah satu hal yang menarik dari ad-Dinawari adalah ketepatan dan ketelitiannya saat melakukan penelitian. Satu lagi, kita menemukan tokoh Muslim yang begitu hebat dari era kejayaan Islam. Seorang ilmuwan yang tak pernah dilupakan masyarakat Kota Dinawar. Setiap tahun, masyarakat kota itu memperingati hari wafat Abu Ha nifa ad-Dinawari. Semangat dan perjuang an hidupnya tetap diles tarikan. Itulah sebabnya Dinawar menjadi kota penghasil pemikir dan ilmuwan.

Kontribusi Sang Ilmuwan Botani

Pada abad ke-9 M, ad-Dinawari telah menemukan ilmu tumbuhan-tumbuhan alias botani. Ia mengupas dan membedah botani lewat karyanya Kitab al-Nabat (Buku Tumbuh-tumbuhan) yang terdiri atas enam volume. Sayangnya, beberapa volume telah punah, hanya volume ketiga dan kelima yang tersisa. Meski begitu, volume keenam dari kitabnya itu telah menjadi bagian rekonstruksi dasar dalam kutipan dari karya terakhirnya. Dalam kitabnya itu, ad-Dinawari menguraikan sekitar 637 jenis tanaman. Buku itu ditulis dalam bahasa Arab.

Sang ilmuwan menjelaskan aneka jenis tanaman yang ditemuinya dari huruf sin sampai ya. Tak hanya itu, dia juga mendiskusikan evolusi tanaman dari tumbuh/hidup sampai mati, penjelasan tahap tanaman tumbuh, dan memproduksi buah dan bunga. Buku itu menjadi sumber utama tentang tanaman-tanaman dan penggolongan analisis (morfologi), morfologi tanah dan tentang ilmu air. Selain itu, buku yang fenomenal itu juga menjadi risalah tata bahasa paling lengkap dalam nama-nama tanaman.

Astronomi dan Meteorologi Bagian dari bukunya tentang tanaman juga menguraikan peranan astronomi dan meteorologi Islam dalam pertanian. Ia sudah bisa menentukan awal musim dengan fenomena alam tersebut. Fenomena alam lainnya, seperti badai, guntur, kilat, salju, banjir, lembah, sungai, danau, sumursumur, dan sumber air lainnya dikaji dan dibahas. Semua itu digunakan untuk kepentingan pertanian.

Ilmu Bumi Bagian dari buku tentang tanaman milik ad-Dinawari juga menguraikan ilmu bumi dalam konteks pertanian. Dia memasukkan batu dan pasir serta menjelaskan perbedaan tipe-tipe tanah serta menandakan tipe-tipe yang cocok untuk tanaman, kualitasnya, dan kandungan tanah yang baik.

Sejarah Lewat Kitab al-Akhbar at-Tiwal, ad- Dinawari juga dianggap sebagai se orang sejarawan. Selain menceritakan za man pra-Islam, buku sejarahnya juga mengi sahkan hari-hari terakhir kekua saan Di nasti Umayyah di Khurasan. Da lam bu ku itu, diceritakan bagaimana Marwan IIkhalifah terakhir Umay yahdi kalahkan oleh pasukan Abbasiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERKEMBANGAN POPULASI HAMA TIKUS

Ichsan Kurniawan,SP, M.Si Tanaman padi ( Produsen ) akan lebih cepat habis karena jumlah tikus banyak sedangkan pemangsa tikus ( Ular ) mu...