oleh ICHSAN KURNIAWAN,SP
Kegiatan
penyuluhan pertanian tak hanya terpaku pada bagaimana penyampaian informasi dan
paket teknologi yang dianggap mampu dikembangkan pada wilayah kerja dapat
diterima oleh masyarakat tani daerah tersebut. Namun pelaksanaan penyuluhan
juga diarahkan pada perangsangan
terhadap kemandirian petani/ kelompok tani serta kemampuan dalam melahirkan
ide-ide inovatif dalam berusaha tani terutama dalam peningkatan kesejahteraan. Salah
satunya yakni merangsang pola pikir petani untuk tidak terpaku pada hanya
komoditi yang pernah dikembangkan di nagari tersebut sebelumnya, namun juga
jeli melihat peluang serta potensi pengembangan komoditi bernilai ekonomis di
wilayahnya.
Yuldi Efendi,
salah seorang petani anggota Kelompok Tani Sawah Liek, Jorong Ranah, Nagari Sungai
Landia mencoba terobosan lain dengan menanam labu besar dan labu siam. Komoditi
ini mungkin bukan komoditi baru karena kecamatan tetangga yakni Matur sudah
lebih dulu mengembangkannya bahkan khusus labu menjadi salah satu komoditi khas
dan unggulan. Namun untuk nagari Sungai Landia, labu adalah produk tani yang
jarang dikembangkan secara serius. “Untuk nagari ini, khusus labu biasa baru
kami yang coba kembangkan, memang belum dengan skop besar, tapi insyaallah lahan yang lebih luas telah kami
siapkan, karena melihat hasilnya sekarang, tampaknya komoditi ini cukup
menjanjikan.” jelas Yuldi di sela pertemuannya dengan penyuluh di lokasi
pertanaman labunya.
Walinagari Sungai Landia
menyambut baik dan memang sangat mengharapkan kebangkitan masyarakat tani di
daerahnya sehingga selain mampu melestarikan komoditi unggulan daerah, petani
juga mau mencoba berinovasi. Seperti diungkapkannya. “Ini yang sangat kita
harapkan” papar Refli Suhemi, yang juga aktif menggerakkan Kelompok Tani Jorong
Ranah ini. “Petani sukses adalah petani yang mau berpikir inovatif dan berani
mengambil resiko, tak hanya terpaku pada komoditi warisan urang saisuak. Dan satu hal lagi yang paling penting, terlepas
apapun komoditinya, hal utama adalah manfaatkanlah lahan yang ada. Jangan
dibiarkan merimba.”tambahnya.
Untuk menggugah dan
membangkitkan semangat petani, Walinagari sendiri juga membuktikan dengan
menanam labu siam di lahan pribadinya. “Saya pribadi juga menanam. Saya ingin menunjukkan
kepada masyarakat, bahwa ini berpeluang pasar yang baik untuk menambah
penghasilan. Sekarang saja, paling kurang lahan kami mengirim ke pasar Padang Lua
seratus lima puluh kilo per minggu.”ungkapnya lagi.
“Komoditi ini kan selalu
dibutuhkan pasar.” Jelasnya lagi menanggapi berbagai keluhan yang kadang muncul
pada masyarakat ketika dianjurkan menanam komoditi ini. Namun setelah Yuldi dan
Walinagari, enam orang lainnya mulai mengikuti menanam komoditi ini. Selain
itu, kelompok juga berencana mencoba komoditi lain.
Budidaya ini- baik
labu biasa maupun siam tak begitu rumit dan juga tidak menelan biaya besar
dirasa cukup untuk menjadikan alasan komoditi ini bisa dikatakan juga bernilai
ekonomis. Selain itu, komditi ini selalu dibutuhkan pasar.
Keberhasilan
tersebut diharapkan menjadi stimulan
bagi masyarakat tani lain dalam mengembangkannya. Selain itu juga menunjukkan
bahwa kemandirian serta ide kreatif dan inovatif tersebut memang sangat
dituntut dalam berusaha tani demi meningkatkan kesejahteraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar