oleh : ICHSAN KURNIAWAN
Gairah petani tebu
Nagari Sungai Landia, Kecamatan IV Koto makin hari kian surut. Hampir setiap
tahun ada petani tebu yang mengalihkan lahan tebu mereka ke komoditi lain yang
dianggap lebih menjanjikan secara hitung-hitungan ekonomis.
Untuk Nagari Sungai
Landia, sebenarnya produk tebu olahan berupa saka cukup memberikan kontribusi
terhadap bidang perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apalagi
produk saka ini juga sampai dibawa ke daerah lain untuk dipasarkan. Namun
permasalahan yang ada saat ini yakni masyarakat pembudidaya tebu ini merasa
hasil kilangan, tenaga dan penjualan cenderung labil dan tak seimbang. Tak
berpihak kepada petani. Pengolahan yang masih dengan kilangan tradisional
dianggap tak efektif, efisien, menguras tenaga dan tak bisa untuk menghasilkan
produk olahan berkualitas dan mampu bersaing di pasaran. Belum lagi tak adanya
perlindungan harga di pasaran karena pedagang pengumpul menetapkan harga
pembelian tingkat petani dengan harga rendah.
Foto by Walinagari Sungai Landia |
Hal inilah yang
makin lama kian menmbuat lesu aktivitas pertanian tebu nagari ini. Petani
cenderung menganggap budidaya dan pengolahan saka secara tradisional tersebut
tak ballance dengan penghasilan yang
didapatkan. Dan akhirnya banyak petani yang lebih memilih mengalihkan tanaman
kepada komoditi lain.
Walingari beserta
penyuluh dan jajaran UPT BP4K2P bekerjasama dalam bagaimana membangkitkan
kembali gairah petani tebu tersebut. Sebagai kepala pemerintahan, Walinagari
sangat antusias terhadap kebangkitan kembali komoditi ini seperti nagari lain
yang juga mengunggulkannya. Sebut saja di antaranya Lawang dan Bukik Batabuah.
Sebagai bukti keseriusannya, komoditi ini benar-benar menjadi prioritas. Dalam
hasil Musrenbang Nagari tahun lalu, pembukaan lahan tebu seluas +
50 Ha serta pengadaan mesin kilang tebu paling kurang 10 unit menjadi poin
khusus bidang ekonomi dan pengentasan kemiskinan.
“Bekerjasama dengan PPL, mulai akhir tahun
2010 lalu, permohonan bantuan mesin kilang tebu sudah diajukan, dialamatkan ke
Mentri Pertanian melalui Dinas Perkebunan dan Kehutanan Agam. Mudah-mudahan ini
dikabulkan dan terealisasi. Kami dengan penyuluh tahun ini sudah komit, selain
meningkatkan peran sektor tanaman pangan dan hortikultura, mengembalikan
tanaman tebu yang sudah menjadi komoditi warisan ini juga sangat
diprioritaskan. Pelatihan dan studi banding pun mudah-mudahan bisa diarahkan
untuk komoditi ini sehingga gairah dan minat petani tebu nagari ini bisa
kembali.” Ungkap Refli Suhemi, Walinagari Sungai Landia.
Merangsang gairah petani tebu ini, Walinagari sendiri juga memulai
dengan gerakan menanam komoditi ini. “Akhir tahun lalu saya pribadi yang mulai
membuka lahan tebu baru. Rencananya akan ditanam + 1000 batang, tapi
baru terealisasi sekitar 600 batang. Ini semata mata untuk membuktikan kepada
petani kami tak hanya pandai menganjurkan ini itu, tapi langsung menunjukkan
buktinya. Mudah-mudahan gerakan ini juga
diikuti petani lain.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar