oleh : ICHSAN KURNIAWAN,SP
Apa itu Zat Pengatur Tumbuh ? Dan sebenarnya bagaimana peran ZPT- istilah populernya dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Mungkin bagi mahasiswa dengan disiplin ilmu pertanian atau biologi, istilah ini tidak asing bagi kita. Saya ingat, di masa saya menjalani pendidikan di Bogor dulu, istilah ini merupakan istilah yang menjadi makanan wajib. Namun untuk lebih dekatnya, berikut pengenalan terhadap ZPT, tipe dan fungsinya terhadap tanaman dari himpunan beberapa literatur.
1. Lima tipe utama ZPT
Ahli biologi tumbuhan telah
mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin, sitokinin, giberelin, asam
absisat dan etilen (Tabel 1). Tiap kelompok ZPT dapat menghasilkan beberapa
pengaruh yaitu kelima kelompok ZPT mempengaruhi pertumbuhan, namun hanya 4 dari
5 kelompok ZPT tersebut yang mempengaruhi perkembangan tumbuhan yaitu dalam hal
diferensiasi sel.
Seperti halnya hewan,
tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah yang sangat sedikit, akan tetapi jumlah
yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target. ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel
target untuk membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan
dengan cara menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul
ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT
melakukan ini dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel
target. Pada tumbuhan seperti halnya pada hewan, lintasan ini menyebabkan
respon selular seperti mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi
enzim, atau mengubah membran.
Pengaruh dari suatu ZPT
bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap
perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan
konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan
Auksin : Mempengaruhi
pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar;
perkembangan buah; dominansi apikal; fototropisme dan geotropisme.
Sitokinin : Mempengaruhi
pertumbuhan dan diferensiasi akar; mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan
secara umum, mendorong perkecambahan; dan menunda penuaan.
Giberelin : Mendorong
perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan
daun; mendorong pembungaan dan perkembangan buah; mempengaruhi pertumbuhan dan
diferensiasi akar.
Asam absisat (ABA) :
Menghambat pertumbuhan; merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air,
memper-tahankan dormansi.
Etilenn : Mendorong
pematangan; memberikan pengaruh yang berlawanan dengan beberapa pengaruh
auksin; mendorong atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar, daun,
batang dan bunga. Meristem apikal
tu-nas ujung, daun muda, embrio dalam biji.
2. Peranan ZPT
2.1. Auksin
Istilah auksin diberikan pada
sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi utama mendorong pemanjangan
kuncup yang sedang berkembang. Beberapa auksin dihasikan secara alami oleh
tumbuhan, misalnya IAA (indoleacetic acid), PAA (Phenylacetic acid), 4-chloroIAA
(4-chloroindole acetic acid) dan IBA (indolebutyric acid) dan beberapa lainnya
merupakan auksin sintetik, misalnya NAA
(napthalene acetic acid), 2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic acid) dan MCPA
(2-methyl-4 chlorophenoxyacetic acid) .
Gambar 2 menunjukkan pengaruh
IAA terhadap pertumbuhan batang dan akar tanaman kacang kapri. Kecambah yang
diberi perlakuan IAA menunjukkan pertambahan tinggi yang lebih besar (kanan)
dari tanaman kontrol (kurva hitam). Tempat sintesis utama auksin pada tanaman
yaitu di daerah meristem apikal tunas ujung. IAA yang diproduksi di tunas ujung
tersebut diangkut ke bagian bawah dan berfungsi mendorong pemanjangan sel
batang. IAA mendorong pemanjangan sel batang hanya pada konsentrasi tertentu
yaitu 0,9 g/l. Di atas konsentrasi tersebut IAA akan menghambat pemanjangan sel
batang. Pengaruh menghambat ini kemungkinan terjadi karena konsentrasi IAA yang
tinggi mengakibatkan tanaman mensintesis ZPT lain yaitu etilen yang memberikan
pengaruh berlawanan dengan IAA. Berbeda dengan pertumbuhan batang, pada akar
(kurva merah), konsentrasi IAA yang rendah (<10-5 g/l) memacu pemanjangan
sel-sel akar, sedangkan konsentrasi IAA yang tinggi menghambat pemanjangan sel
akar. Dari Gambar 2 dapat disimpulkan :
1. Pemberian ZPT yang sama tetapi dengan
konsentrasi yang berbeda menimbulkan pengaruh yang berbeda pada satu sel
target.
2. Pemberian ZPT dengan konsentrasi tertentu
dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada sel-sel target yang berbeda.
Mekanisme kerja auksin dalam
mempengaruhi pemanjangan sel-sel tanaman di atas dapat dijelaskan dengan
hipotesis sebagai berikut : auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara
mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Seperti terlihat pada Gambar
3, auksin memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk
memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga
memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun
dinding sel. Sel tumbuhan kemudian
memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini,
sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan
sitoplasma.
Selain memacu pemanjangan sel
yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar, peranan auksin lainnya adalah
kombinasi auksin dan giberelin (Gambar 1) memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan
sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.
Selain itu auksin (IAA) sering dipakai pada budidaya tanaman antara lain :
untuk menghasilkan buah tomat, mentimun dan terong tanpa biji; dipakai pada
pengendalian pertumbuhan gulma berdaun lebar dari tumbuhan dikotil di
perkebunan jagung ; dan memacu perkembangan meristem akar adventif dari stek
mawar dan bunga potong lainnya.
2.2. Sitokinin
Sitokinin merupakan ZPT yang
mendorong pembelahan (sitokinesis). Beberapa macam sitokinin merupakan
sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya merupakan
sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif
terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar
selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang.
Ahli biologi tumbuhan juga
menemukan bahwa sitokinin dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan
perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga menunda penuaan daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol dengan
baik proses kemunduran yang menyebabkan kematian sel-sel tanaman. Penuaan pada
daun melibatkan penguraian klorofil dan protein- protein, kemudian produk
tersebut diangkut oleh floem ke jaringan meristem atau bagian lain dari tanaman
yang membutuhkannya. Daun kacang jogo (Phaseolus vulgaris) yang ditaruh dalam
wadah berair dapat ditunda penuaannya beberapa hari apabila disemprot dengan
sitokinin (Gambar 5b). Sitokinin juga dapat menghambat penuaan bunga dan buah.
Penyemprotan sitokinin pada bunga potong dilakukan agar bunga tersebut tetap
segar.
Pada tumbuhan, efek sitokinin
sering dipengaruhi oleh keberadaan auksin. Gambar 6 menunjukkan percobaan
sederhana tentang interaksi pengaruh auksin dan sitokinin. Kedua tanaman pada
Gambar 6 ini memiliki umur yang sama. Tanaman di sebelah kiri memiliki tunas
ujung (tunas terminal); sedangkan tanaman di sebelah kanan kuncup terminalnya
sudah dipotong. Pada tanaman di sebelah kiri, auksin yang diangkut dari kuncup
terminal ke batang memacu pertumbuhan memanjang batang sehingga tanaman menjadi
bertambah tinggi. Pada tanaman ini auksin menghambat pertumbuhan tunas samping
(tunas lateral/aksilar). Pada tanaman di sebelah kanan karena tidak memiliki
kuncup terminal, pengaruh menghambat dari auksin terhadap pertumbuhan tunas
aksilar tidak terjadi. Sitokinin yang ditransportasikan dari akar ke batang
mampu mengaktifkan pertumbuhan tunas-tunas samping sehingga tanaman memiliki
cabang yang banyak dan menjadi rimbun. Pengetahuan tentang penggunaan sitokinin
ini dimanfaatkan oleh petani yang memproduksi pohon natal untuk menghasilkan
cabang-cabang yang menarik pada pohon tersebut.
Sebagian besar tumbuhan
memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu tunas lateralnya tumbuh bersamaan
dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini merupakan hasil interaksi antara
auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi dari
akar dan diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal
kemudian diangkut ke bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat
aktivitas meristem lateral yang letaknya berdekatan dengan meristem apikal
sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas cabang dan fenomena ini disebut
dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di bagian bawah tajuk (daerah
yang berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan dengan
tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal ini menunjukkan
ratio sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan.
Interaksi antagonis antara
auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu cara tumbuhan dalam mengatur
derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang banyak akan
menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin
ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih
banyak. Interaksi antagonis ini umumnya
juga terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya.
2.3. Giberelin
Gambar 5 menunjukkan 2
kelompok tanaman padi yang sedang tumbuh. Kelompok di sebelah kiri adalah
tanaman padi dengan pertumbuhan normal; sedangkan tanaman di sebelah kiri
adalah tanaman padi dengan tinggi tanaman yang lebih besar tetapi memiliki daun
yang berwarna kuning. Tanaman padi ini telah terinfeksi oleh cendawan
Gibberella fujikuroi. Bibit padi yang telah terinfeksi akan rebah dan mati
sebelum sempat menjadi dewasa dan berbunga. Selama berabad-abad petani padi di
Asia mengalami kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh cendawan ini. Di
Jepang, pola pertumbuhan yang menyimpang ini disebut juga dengan “bakanae” atau
“foolish seedling disease” atau “penyakit rebah anakan/kecambah“ .
Pada tahun 1926, ilmuwan
Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa cendawan Gibberella fujikuroi
mengeluarkan senyawa kimia yang menjadi penyebab penyakit tersebut. Senyawa
kimia tersebut dinamakan Giberelin. Belakangan ini, para peneliti menemukan
bahwa giberelin dihasilkan secara alami oleh tanaman yang memiliki fungsi
sebagai ZPT. Penyakit rebah kecambah ini akan muncul pada saat tanaman padi
terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi yang menghasilkan senyawa
giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan
terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin yang biasanya disingkat sebagai
GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang terdapat padanya, misalnya GA6 .
Giberelin dapat diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama pada tumbuhan
dikotil), ujung akar dan tunas , daun muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang
diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam bentuk
inaktif, tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada
spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15 macam GA. Disamping terdapat pada
tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan paku, tetapi tidak pernah dijumpai
pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak seperti
auksin pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan
penting pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor pada sintesis GA.
Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanaman lebih kuat
dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan
secara tunggal. Namun demikian auksin dalam jumlah yang sangat sedikit tetap
dibutuhkan agar GA dapat memberikan efek yang maksimal.
Sebagian besar tumbuhan
dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan tumbuh cepat jika diberi GA,
tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA
diberikan pada tanaman kubis tinggi tanamannya bisa mencapai 2 m. Banyak
tanaman yang secara genetik kerdil akan tumbuh normal setelah diberi GA.
Efek giberelin tidak hanya
mendorong perpanjangan batang, tetapi juga terlibat dalam proses regulasi
perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin (Gambar 4). Pada beberapa tanaman
pemberian GA bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta
biji.
Disintesis pada ujung batang
dan akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup luas. Salah satu efek utamanya
adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh GA umumnya meningkatkan kerja auksin, walaupun
mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut belum diketahui secara pasti. Demikian
juga jika dikombinasikan dengan auksin, giberelin akan mempengaruhi perkembangan buah misalnya
menyebabkan tanaman apel, anggur, dan terong menghasilkan buah walaupun tanpa
fertilisasi. Diketahui giberelin digunakan secara luas untuk menghasilkan buah
anggur tanpa biji pada varietas Thompson. Giberelin juga menyebabkan ukuran
buah anggur lebih besar dengan jarak antar buah yang lebih renggang di dalam
satu gerombol
Giberelin juga berperan
penting dalam perkecambahan biji pada banyak tanaman. Biji-biji yang
membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah seperti suhu rendah
akan segera berkecambah apabila disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin
yang terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan
proses metabolik yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang
tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan
mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan
cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin
menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat
yang menyebabkan dormansi biji.
2.4. Asam absisat (ABA)
Musim dingin atau masa kering
merupakan waktu dimana tanaman beradaptasi menjadi dorman (penundaan
pertumbuhan). Pada saat itu, ABA yang dihasilkan oleh kuncup menghambat
pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan pada kambium pembuluh sehingga
menunda pertumbuhan primer maupun sekunder. ABA juga memberi sinyal pada kuncup
untuk membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena diketahui bahwa ZPT ini
menyebabkan absisi/ rontoknya daun tumbuhan pada musim gugur. Nama tersebut
telah popular walaupun para peneliti tidak pernah membuktikan kalau ABA
terlibat dalam gugurnya daun.
Pada kehidupan suatu
tumbuhan, merupakan hal yang menguntungkan untuk menunda/menghentikan
pertumbuhan sementara. Dormansi biji sangat penting terutama bagi tumbuhan
setahun di daerah gurun atau daerah semiarid, karena proses perkecambahan
dengan suplai air terbatas akan mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor
lingkungan diketahui mempengaruhi dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA
tampaknya bertindak sebagai penghambat utama perkecambahan. Biji-biji tanaman
setahun tetap dorman di dalam tanah sampai air hujan mencuci ABA keluar dari
biji. Sebagai contoh, tanaman dune primroses (bunga putih) dan tanaman matahari
(bunga kuning) di gurun Anza - Borrego (California), biji- bijinya akan
berkecambah setelah hujan deras .
Sebagamana telah dibahas di
atas bahwa giberelin juga berperan dalam perkecambahan biji. Pada banyak
tumbuhan, rasio ABA terhadap giberelin menentukan apakah biji akan tetap dorman
atau berkecambah. Hal yang sama juga terdapat pada kasus dormansi kuncup yang
pertumbuhannya dikontrol oleh keseimbangan konsentrasi antar ZPT. Sebagai
contoh pada pertumbuhan kuncup dorman tanaman apel, walaupun konsentrasi ABA
pada kenyataannya lebih tinggi, tetapi gibberellin dengan konsentrasi yang tinggi
pada kuncup yang sedang tumbuh menunjukkan pengaruh yang sangat kuat pada
penghambatan pertumbuhan tunas dorman.
Selain perannya pada
dormansi, ABA berperan juga sebagai “ stress plant growth hormon” yang membantu
tanaman tersebut menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan, misalnya pada
saat tumbuhan mengalami dehidrasi, ABA diakumulasikan di daun dan menyebabkan
stomata menutup. Hal ini walaupun mengurangi laju fotosintesis, tumbuhan akan
terselamatkan dari kehilangan air lebih banyak melalui proses transpirasi.
2.5. Etilen
Di awal abad 20, buah jeruk
dan anggur diperam di dalam gudang yang dilengkapi dengan kompor minyak tanah.
Semula petani buah mengira bahwa hawa panas itu yang mematangkan buah, tetapi dugaan tersebut
tidak terbukti ketika mereka mencoba metode baru menggunakan kompor yang
dilengkapi dengan pembersih (tanpa polusi) yang menghasilkan buah-buah yang
tidak cepat matang. Ahli biologi tumbuhan menduga bahwa pematangan buah yang
disimpan di dalam gudang tersebut sebenarnya berkaitan dengan produksi etilen
yaitu gas hasil pembakaran minyak tanah. Sekarang diketahui bahwa tumbuhan
secara alami menghasilkan etilen yang merupakan ZPT yang berperan memacu
penuaan termasuk pematangan buah.
2.5.1. Pematangan Buah
Pematangan buah merupakan
suatu variasi dari proses penuaan melibatkan konversi pati atau asam-asam
organik menjadi gula, pelunakan dinding-dinding sel, atau perusakan
membran sel yang berakibat pada
hilangnya cairan sel sehingga jaringan mengering. Pada tiap-tiap kasus, pematangan
buah distimulasi oleh gas etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antarsel
buah. Gas tersebut juga dapat berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah
lainnya, sebagai contoh satu buah apel ranum akan mampu mematangkan keseluruhan
buah dalam satu lot. Buah akan matang lebih cepat jika buah tersebut disimpan
di dalam kantung plastik yang mengakibatkan gas etilen terakumulasi.
Pada skala komersial berbagai
macam buah misalnya tomat sering dipetik ketika masih dalam keadaan hijau dan
kemudian sebagian dimatangkan dengan mengalirkan gas etilen (Gambar 11). Pada
kasus lain, petani menghambat proses pematangan akibat gas etilen alami.
Penyimpanan buah apel yang dialiri dengan gas CO2 yang selain berfungsi
menghambat kerja etilen, juga mencegah akumulasi etilen. Dengan teknik ini buah
apel yang di panen pada musim gugur dapat disimpan untuk dijual pada musim
panas berikutnya.
2.5.2. Pengguguran Daun
Seperti halnya pematangan
buah, pengguguran daun pada setiap musim gugur yang diawali dengan terjadinya
perubahan warna, kemudian daun mengering dan gugur adalah juga merupakan proses
penuaan. Warna pada daun yang akan gugur merupakan kombinasi pigmen-pigmen baru
yang dibentuk pada musim gugur, kemudian pigmen-pigmen yang telah terbentuk
tersebut tertutup oleh klorofil. Daun kehilangan warna hijaunya pada musim
gugur karena daun-daun tersebut berhenti mensintesis pigmen klorofil.
Peranan etilen dalam memacu
gugurnya daun lebih banyak diketahui daripada peranannya dalam hal perubahan
warna daun yang rontok dan pengeringan daun. Pada saat daun rontok, bagian
pangkal tangkai daunnya terlepas dari batang. Daerah yang terpisah ini disebut
lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang tersusun dari sel-sel parenkima
berukuran kecil dengan dinding sel yang tipis dan lemah.
Setelah daun rontok, daerah
absisi membentuk parut/luka pada batang. Sel-sel yang mati menutupi parut untuk
membantu melindungi tumbuhan terhadap patogen.
Gugurnya daun dipacu juga
oleh faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek pada musim gugur dan
suhu yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan
auksin. Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme
daun, tetapi dengan bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan juga
akan meningkat. Sementara itu, sel-sel yang mulai menghasilkan etilen akan
mendorong pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen merangsang lapiasan
absisi terpisah dengan memacu sintesis
enzim yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi. Gugur daun pada
musim gugur merupakan adaptasi tumbuhan untuk mencegah kehilangan air melalui
penguapan pada musim salju karena pada saat itu akar tidak mampu menyerap air
pada tanah yang membeku.
3. Aplikasi ZPT pada bidang
pertanian
Seperti yang telah dibahas
dimuka, ZPT sintetik sangat banyak digunakan pada pertanian modern. Tanpa ZPT
sintetik untuk mengendalikan gulma, atau untuk mengendalikan pertumbuhan dan
pengawetan buah-buahan, maka produksi bahan makanan akan berkurang sehingga
harganya akan menjadi mahal. Disamping itu, muncul keprihatinan bahwa
penggunaan senyawa sintetik secara berlebihan pada produksi pangan akan
menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan serius. Sebagai conto dioksin,
senyawa kimia sampingan dari sintesa 2, 4-D yang digunakan sebagai herbisida
selektif untuk membasmi gulma berdaun lebar dari tumbuhan dikotil. Walaupun 2,
4-D tidak beracun terhadap mamalia, namun dioksin dapat menyebabkan cacat
lahir, penyakit hati, dan leukimia pada hewan percobaan.