Minggu, 14 Februari 2016

Teknik Pembuatan Profil Keluarga dalam Participatory Rural Appriences (PRA)

oleh : ICHSAN KURNIAWAN,SP

Dalam Participatory Rural Appriences (PRA), pembuatan profil keluarga sebagai gambaran yang berisi gambaran data dan informasi ekonomi rumaha tangga tani (KK Tani).

Adapun tujuan dari Profil ini sendiri adalah :
1.      Untuk dapat mengetahui potensi dan masalah keluarga lebih teliti.
2.      Untuk digunakan sebagai informasi dasar dalam penyusunan rencana Agribisnis keluarga.

Berikut beberapa bentuk data yang dihasilkan dari pembuatan Profil Keluarga










Minggu, 07 Februari 2016

Teknik Pemanfaatan Rebung Bambu sebagai Nutrisi Tanaman


by ICHSAN KURNIAWAN,SP

Nutrisi tanaman sangat dibutuhkan dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan agar dapat berproduksi optimal. Mikro organisme lokal (MOL) merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan oleh petani. Selain menghemat biaya produksi, MOL juga disinyalir memiliki kemampuan dalam pengendalian hama penyakit.


Pembuatan MOL ditujukan tak lain dan tak bukan sebagai komposer yang membantu pelapukan bahan organik, sebagai sumber energi serta zat pengatur tumbuh pada tanaman. Setelah mengenal pembuatan MOL I-V serta MOL Sabut kelapa, sekarang mari kita lihat bagaimana pula teknik pembuatan MOL dengan bahan dasar rebung bambu.

Alat dan Bahan yang kita butuhkan adalah :
        - Ember atau kaleng bekas cat ukuran 25 liter
        - 2 buah Rebung bambu kurang lebih 3 kg
        - Air beras 5 liter
        - Slang plastic dan botol aqua
        - Gula merah 1.5 ons
Cara membuatnya sebagai berikut :
-Rebung bambu ditumbuk halus atau di iris – iris masukan pada ember atau kaleng bekas cat
-Tambahkan gula merah yang telah dihaluskan dan aduk sampai rata
-Tutup rapat ember adan berikan slang plastic yang disambungkan dengan air yang berada pada botol aqua dan biarkan selama 15 hari
 
Cara penggunaanya :
- Sebagai katalisator dalam pengomposan  : dapat digunakan sebagai decomposer dengan konsentrasi  1 : 5 ( 1 liter cairan MOL ditambah dengan 5 liter air ), kemudian tambahkan gula merah 1 ons dan aduk hingga rata, disiramkan pada  saat proses pembutan kompos.
-Penggunaan pada tanaman : Penyemprotan dilakukan pagi/sore hari  dengan kosentrasi  400 cc cairan dicampur dengan  14 liter air, pada umur  10, 20, 30, 40, hari setelah tanaman .

Senin, 01 Februari 2016

Kaidah Hara dan Nutrisi Tanaman



Oleh : ICHSAN KURNIAWAN,SP

Bicara tentang hubungan tanah, air dan tanaman artinya tentu mengarah dan akan bermuara pada bagaimana unsur hara tersedia bagi tanaman dan proses penyerapannya. Beberapa syarat dari ketersediaan unsur hara tersebut di tanah adalah apabila :
1)      Telah diubah bentuknya menjadi unsur yang siap diserap (mineralisasi)
2)      Tidak hilang, hanyut, larut, dan menguap.
3)      Unsur ada pada saat dibutuhkan tanaman
4)      Unsur dapat diserap

Dari syarat ketersediaan unsur hara bagi tanaman tersebut, maka selanjutnya bagaimana unsur hara dapat diserap oleh tanaman. Maka proses yang akan dilalui adalah :
    1. Mengikuti aliran massa air
Mineral hara berupa larutan yang turut bersama air ketika air diserap tanaman dari dalam tanah.
Kerugian: membutuhkan waktu dari akar ke daun, dan mutlak membutuhkan air tanah.
    1. Diserap oleh sel tanaman
Jika biji diletakkan dalam wadah berisi air maka biji akan menyerap air dan mengembang (difusi). Proses penyerapan larutan hara oleh sel daun tanaman tak jauh beda dengan proses difusi.
Kerugian: jika pupuk terlalu pekat, yang terjadi bukan penyerapan hara, melainkan membanjirnya air dari organ tanaman ke luar, sehingga tanaman layu. 
    1. Pertukaran ion (muatan listrik)
Proses ini terjadi di dalam tanah, melibatkan mineral lempung, akar, dan mikroorganisme. KPK adalah sifat kimia yang menentukan penyerapan hara di dalam tanah.

Dok. Kelompok Tani Mubarakah Nagari Sungai Landia Kecamatan IV Koto Agam (Ichsan Kurniawan,SP)

Namun, ada beberapa hal yang dapat menghambat laju proses penyerapan hara oleh tanaman tersebut. Beberapa di antaranya yakni :
1.       Sifat kimia : pH (terlalu masam atau basa) dan KPK rendah
2.       Ketersediaan air tanah sedikit
3.       Perakaran tanaman tidak berkembang.

(Disari dari materi pelatihan Pertanian Organik IPO Aie Angek)

Jumat, 29 Januari 2016

Teknik Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani


Kelompoktani adalah kumpulan petani/ peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan Kelompok Tani merupakan revisi dari Permentan Nomor 273 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Materi dari Permentan Nomor 82 Tahun 2013 meliputi tiga pokok, yaitu: Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompoktani; Pedoman Penyusunan Rencana Definitif Kelompoktani (RDK) dan Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompoktani (RDKK); dan Pedoman Sistem Kerja Latihan dan Kunjungan.
Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompoktani
Pendekatan kelompok dalam penyuluhan dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan penyuluhan. Pendekatan kelompok juga dimaksudkan untuk mendorong penumbuhan kelembagaan petani (kelompoktani, gabungan kelompoktani). Hal ini dilakukan karena masih banyaknya jumlah petani yang belum bergabung dalam kelompoktani (poktan), terbatasnya jumlah tenaga penyuluh pertanian sebagai fasilitator, serta terbatasnya pembiayaan dalam pembinaan bagi poktan dan gabungan kelompoktani (gapoktan).

Pembinaan kelembagaan petani perlu dilakukan secara berkesinambungan, diarahkan pada perubahan pola pikir petani dalam menerapkan sistem agribisnis. Pembinaan kelembagaan petani juga diarahkan untuk menumbuhkembangkan poktan dan gapoktan dalam menjalankan fungsinya, serta meningkatkan kapasitas poktan dan gapoktan melalui pengembangan kerjasama dalam bentuk jejaring dan kemitraan.
Kondisi yang berkembang saat ini masih banyak gapoktan yang belum memiliki kekuatan hukum sehingga mempunyai posisi tawar yang rendah. Hal ini menyebabkan belum optimalnya pelaksanaan kemitraan usahatani. Untuk itu, bagi gapoktan yang berhasil dalam mengembangkan usahanya berpeluang untuk ditingkatkan kemampuannya membentuk kelembagaan ekonomi petani. Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompoktani diatur pada Lampiran I Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82 Tahun 2013

Prinsip dalam penumbuhan Kelompok Tani
  1. Kebebasan,
  2. Keterbukaan,
  3. Partisipatif,
  4. Keswadayaan,
  5. Kesetaraan,
  6. Kemitraan,

Pengembangan Kelompok Tani :
  1. Adanya pertemuan pengurus secara berkala  dan berkesinambungan;
  2. Disusunannya rencana kerja kelompok secara bersama  dan dilaksanakan  oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap  akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi;
  3. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama.
  4. Memiliki  pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapih;
  5. Memfasilitasi   kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir;
  6. Memfasilitasi  usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;
  7. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi  untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompoktani  khususnya;
  8. Adanya kemitraan dengan pihak lain;
  9. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok. 
Dok. Ichsan Kurniawan (Test Ballot Box untuk Mengetahui Kemampuan Petani)

Ciri-ciri Kelompok Ideal
  1. Adanya pengurusan yang aktif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing
  2. Adanya administrasi dan pembukuan yang lengkap dan transparan
  3. Adanya RUK, AD/ART dan profil kelompok
  4. Adanya sekretariat/ saung tani yang berfungsi: tempat bermusyawarah, tempat data-data pokok maupun penunjang, memiliki papan kel tan dan informasi
  5. Adanya kegiatan bersama
  6. Adanya pertemuan secara berkala dan rutinitas
  7. Adanya kemitraan dengan pelaku usaha
  8. Adanya pengkaderan
  9. Adanya pemupukan dan pengembangan modal bersama dan kemitraan
  10. Pengurus rajin mencari informasi teknis, sosial maupun ekonomi
  11. Terciptanya kelembagaan keuangan (koperasi tani/ simpan pinjam dlll)

Jumat, 11 Desember 2015

Kelompoktani Mubarakah Kembangkan Lagi Budidaya Cabe Merah

IV Koto (BMC) - Untuk mencapai peningkatan target produksi komoditas cabe merah, Kementerian Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) berupaya untuk terus mengembangkan inovasi teknologi terutama dalam mengatasi perubahan iklim saat ini. Selalu ada teknologi yang bisa kita manfaatkan seperti pemakaian mulsa plastik perak dan sistem penanaman dengan bedengan (20-30) cm di musim hujan, jaring atau shadding net, rumah plastik, penggunaan perangkap. Sesuai dengan keadaan pada saat ini bahwa harga cabe merah sama pedas dengan namanya diamana terus mengalami peningkatan.

Di Nagari Sungai Landia Kecamatan IV Koto baru-baru ini, petani yang tergabung dalam Kelompoktani Mubarakah sedang melaksanakan budidaya komoditas cabe merah bertempat di lahan kolektif kelompoktani tersebut. Pada lahan kolektif kelompok seluas lebih kurang 0,5 hektare di Jorong Kampuang Baruah akan ditanami cabe merah yang diiringi dengan paket Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Perencanaan kegiatan kelompok berkaitan budidaya cabe ini dilakukan dalam pertemuan kelompok bertempat di lahan kolektif kelompoktani Mubarakah Jorong Kampuang Baruah yang didampingi oleh Ichsan Kurniawan, SP. Pada pertemuan tersebut membahas pengaturan pola tanam dan jadwal tanam serta prediksi kebutuhan pasar khususnya komoditas cabe merah.

Pertemuan ini juga di hadiri Susi Wahyuni, seorang mahasiswa Universitas Andalas yang tengah melakukan penelitian dalam tugas akhirnya yang mengambil tema penelitian "Evaluasi Penerapan SL-PHT" di Kelompotani Mubarakah. Diskusi panjang diselingi dengan istirahat siang sebentar bersama seluruh anggota diharapkan akan memberikan gambaran tentang penelitian yang tengah dia dilakukan.
 
(Dok. Mubarakah, Selalu Terjalin Keakraban dalam Pertemuan Kelompok bersama PPL Ichsan Kurniawan,SP)
 
Disela percakapan dalam pertemuan, Ichsan Kurniawan menyampaikan: "Alhamdulillah sampai saat ini dengan berpedoman kepada pengalaman, informasi (internet) serta kondisi lainnya anggota masih bisa memperoleh panen bagus di saat harga mulai merangkak naik (tinggi) khusus untuk komoditas cabe merah".

Sesuai pengalaman 2 kali musim tanam sebelumnya, dengan penerapan paket yang sama melalui penerapan paket PHT cabe merah di kelompoktani ini, alhamdulillah dapat meminimalisir biaya produksi hampir 70 % dibandingkan dengan budi daya secara konvensional, ujar Junaidi sekretaris kelompoktani Barokah.

Selain guna memperkirakan panen di saat harga "pedas" pembahasan pengaturan strategi pola tanam yang juga dilakukan pada awal pembukaan areal dimana disesuaikan dengan kondisi lokal dengan budidaya yang dilaksanakan kelompok pada beberapa lokasi lahan kolektif kelompok dan alhamdulillah membuahkan hasil sehingga pengupayaan "panen berlanjut" dapat terlaksana meski masih jauh dari perkiraan. Mudah2an pengalaman, perhitungan tepat serta kegigihan mampu berbuah baik dalam budidaya ini, (Ichsan K).
 

Kamis, 08 Oktober 2015

BP4K2P Tetap Pertahankan Sinergi Demi Suksesnya Upsus

Rabu (7/10) dilakukan pemancangan area lokasi kegiatan pengembangan sarana dan prasarana pertanian berupa pembangunan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani yang dilaksanakan Kelompok Tani Batu Gadang, Jorong Ranah, Nagari Sungai Landia. Kegiatan yang merupakan salah satu item Upaya Khusus (Upsus) Tahun 2015 yang bersumber dari APBN-P ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi areal persawahan di sekitarnya menimbang kebutuhan irigasi di lokasi ini memang sudah sangat urgen dengan areal persawahan yang diliputinya cukup luas hingga 40 Ha dengan panjang tali banda seluruhnya 3 km sampai perbatasan Jorong Kampuang Baruah.
Kegiatan ini dihadiri seluruh elemen yang bersinergi terkait mulai dari jajaran Camat IV Koto yang diwakili Sekcam Alidar,SP , Amrizal dan Netti Hando, pihak Koramil 09/IV Koto yang diwakili Danang A, pendamping dari akademisi Hendra Susilo, Kepala UPT BP4K2P Afrizal, Koordinator Al Jufri, penyuluh pertanian Ichsan Kurniawan,SP serta jajaran UPT BP4K2P IV Koto dan seluruh anggota Kelompok Tani. 
(Dok. Ichsan Kurniawan,SP. Peletakan Batu Pertama Pembangunan Irigasi Puraweh 8/10/2015)



Selain itu pemancangan sekaligus ramah tamah bersama kelompok ini juga menghadirkan unsur Gapoktan dan tokoh masyarakat yakni Ketua KAN Sungai Landia Taslim Dt. Sati. Perjalanan ke lokasi ditempuh dengan berjalan kaki beberapa kilometer dengan topografi berbukit bukit ini tak menyurutkan semangat untuk sampai ke lokasi.
Semoga kegiatan ini mendatangkan manfaat besar terhadap peningkatan kualitas pertanaman melalui peningkatan produksi serta dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian swasembada pangan ke depan. (Ichsan Kurniawa,SP)

Selasa, 22 September 2015

Hasil Ubinan Meningkat, Jarwo Mulai Jadi Primadona

IV Koto - Fungsi Balai Penyuluhan Kecamatan sebagai organisasi penyelenggara penyuluhan sekaligus sebagai tempat untuk bertukar informasi dan teknologi, baik itu penyuluh dengan penyuluh maupun penyuluh dengan petani tampaknya sudah melekat di UPT BP4K2P Kecamatan IV Koto.
Hal inilah yang membuat pelaku utama dan pelaku usaha di Kecamatan IV Koto tanpa sungkan menjejakkan kaki, untuk datang ke kantor UPT BP4K2P IV Koto. Selasa (22/9), pengurus Kelompok Tani Bawah Tampaik, Nagari Sungai Landia berkunjung dan konsultasi di ruang Bapak Kepala UPT BP4K2P Kecamatan IV Koto, Afrizal. 
Dalam pertemuan bersama pendamping Upsus dari akademisi Hendra Susilo juga didiskusikan perkembangan kegiatan Optimasi Pemanfaatan Lahan (OPL) Padi Sawah yang dilaksanakan oleh kelompok yang pada beberapa titik lokasi telah panen. Hasil pengambilan ubinan pada dua titik lokasi didapat hasil 8,8 ton/ha dan 7,2 ton/ha yang memberikan implikasi terhadap antusiasme masyarakat sekitar untuk mencoba menerapkan teknik Jajar Legowo (Jarwo). Secara sederhana saja peningkatan riil tersebut tentu akan lebih mudah dilihat dari hasil hitungan tradisional masyarakat yakni penghitungan hasil "katidiang" atau bakul pada akhir panen. 
(Dok. UPT BP4K2P IV Koto, Konsultasi Kelompok Bawah Tampaik bersama Kepala UPT, Ichsan Kurniawan,SP dan Hendra Susilo,SP di ruang Kepala BPK Koto Tuo)
Menurut pengurus terlihat perkembangan cukup baik dari teknik yang diterapkan. Pada lokasi Buk Nar di Napa, biasa hanya 18-20 katidiang hasil panen, saat ini dapat 25 katidiang, itupun sudah diserang hama babi. Sementara sawah Enti berlokasi di Sungai Lanca, dari hasil sebelumnya berkisar 40-45 katidiang, saat ini menurut Buk Lis dan Yurmaini, pengurus kelompok, didapat 60 katidiang. 
Mendengar laporan dari pengurus tersebut, Afrizal yang didampingi Ichsan KurniawanSP selaku Penyuluh Pertanian Sungai Landia menyambut gembira hasil ubinan tersebut. Afrizal berharap hasil panen pada titik titik lokasi lain juga menunjukkan peningkatan serupa menimbang beberapa titik lokasi termasuk lokasi kritis yang berproduksi sangat rendah dan rentan serangan penyakit khsusnya dekat aliran sungai di Nagari tersebut. 
"Semoga teknik jajar legowo dapat berkembang di IV Koto", pungkas Afrizal. (IchsanK).

PERKEMBANGAN POPULASI HAMA TIKUS

Ichsan Kurniawan,SP, M.Si Tanaman padi ( Produsen ) akan lebih cepat habis karena jumlah tikus banyak sedangkan pemangsa tikus ( Ular ) mu...