''Dengan penuh kecintaan terhadap alam dan kehidupan, masyarakat Islam
klasik telah mencapai keseimbangan ekologi,'' papar Lucie Bolens,
ilmuwan yang intens mempelajari sejarah pertanian Muslim. Sayangnya,
keseimbangan ekologi yang diciptakan umat Islam melalui Revolusi
Hijau-nya dihancurkan pasukan Mongol hingga tentara Perang Salib
(Crusaders).
Invasi yang dilakukan Mongol hingga tentara Perang
Salib telah menghancurkan jaringan irigasi, memusnahkan tumbuh-tumbuhan
serta tanaman serta menutup rute perdagangan. Keseimbangan ekologi terus
tergerus ketika era kolonialisme melanda dunia. Ekologi pun semakin
hilang keseimbangan, terutama di era industri saat ini.
Sarjana
pertanian dan petani Muslim di abad pertengahan tak hanya mengajarkan
bagaimana keseimbangan ekologi dibangun, namun juga banyak
memperkenalkan beragam inovasi di bidang pertanian. Mereka
memperkenalkan bentuk-bentuk baru kedudukan lahan, memperbaiki irigasi
dengan beragam metode irigasi yang mutakhir. Petani Muslim juga
memperkenalkan pupuk serta sistem irigasi buatan.
Para petani dan
sarjana pertanian Muslim juga mengembangkan sistem irigasi gravity-flow
dari sungai dan mata air. Umat Islam pula yang pertama menggunakan
noria dan rantai pompa untuk irigasi. Industri gula tebu dan perkebunan
tebu juga merupakan rintisan petani dan sarjana pertanian Muslim.
Era
kejayaan pertanian Islam juga telah melahirkan ilmuwan Muslim yang
meletakan fondasi ilmu pertanian, seperti agronomi, botani, serta ilmu
lingkungan. Salah satu ilmuwan pertanian Islam yang terkemuka adalah Abu
al-Abbas al-Nabati - gurunya Ibnu Al-Baitar.
Ahli sejarah George
Sarton mengungkapkan, ''Catatan-catatan Al-Baitar adalah karya
terpenting dalam dunia tumbuhan dari seluruh periode kejayaan ahli
botani, mulai dari masa Dioscorides sampai abad ke-16." Catatan
Al-Baitar menyerupai kamus atau ensiklopedia lengkap tentang
tumbuh-tumbuhan.
Dalam Kitab al-Jami fi al-Adwiya al-Mufrada,
Al-Baitar menuliskan 1.400 macam tanaman, makanan dan obat-obatan.
Sebanyak 300 di antaranya ditemukan sendiri. Kitab itu begitu
berpengaruh di Eropa setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin serta
masih digunakan hingga abal abad ke-19. Salah satu tokoh lainnya adalah
Al-Dinawari, ahli botani di abad ke-9 merupakan pendiri botani Arab. Dia
menulis sebuah ensiklopedia berjudul Kitab al-Nabat atau Book of
Plants, yang terdiri dari enam volume. Itulah sebagain kontribusi Islam
dalam bidang pertanian.
Sumber : khilafahcinta
Selamat datang di Dangau Petani Kreatif. Blog ini berisikan informasi kreatif seputar pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan Ketahanan Pangan. Semoga materi blog ini memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin Yaa Rabbal 'alamin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PERKEMBANGAN POPULASI HAMA TIKUS
Ichsan Kurniawan,SP, M.Si Tanaman padi ( Produsen ) akan lebih cepat habis karena jumlah tikus banyak sedangkan pemangsa tikus ( Ular ) mu...
-
Penyuluhan Pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mem...
-
oleh ICHSAN KURNIAWAN,SP Spodoptera frugiperda atau Fall Armyworm (FAW) adalah hama jenis baru di Indonesia. Hama ini menyerang tanaman ja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar