Penyakit Blas merupakan salah satu Organisme Pengganggun Tanaman (OPT) yang menjadi permasalahan dalam budidaya tanaman padi sawah. Nagari Sungai Landia, Kecamatan IV Koto merupakann salah satu Kecamatan yang memiliki riwayat penyakit Blas di Kabupaten Agam. Beberapa kali serangan pernah terjadi di sepanjang aliran anak sungai yang melintas di Nagari ini. Banyak petani yang belum mengenal penyakit ini secara mendalam.
(Dok. Bawah Tampaik. Pertemuan Kelompok Tani bersama PPL Ichsan Kurniawan,SP)
Penyakit Blas sendiri disebabkan oleh meluasnya serangan jamur Pyricularia oryzae (P. grisea). Jamur ini menyerang tanaman padi pada masa vegetatif menimbulkan gejala blas daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi kecoklatan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher). Penyakit blas merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya padi karena bila terserang jamur Pyricularia oryzaeini bila tidak diwaspadai sejak awal akan mengakibatkan penurunan produksi hingga 70 %.
Pyricularia oryzae menyerap nutrisi tanaman padi untuk memperbanyak diri dan mempertahankan hidup. Bila menyerang pada daun muda, menyebabkan proses pertumbuhan tidak normal, beberapa daun menjadi kering dan mati. Blas pada daun banyak menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase anakan maksimum. Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar, namun infeksi pada awal pertumbuhan sering menyebabkan puso terutama varietas yang rentan. Penggunaan fungisida pada fase vegetatif sangat dianjurkan apabila guna menekan tingkat intensitas serangan blas daun dan juga dapat mengurangi infeksi pada tangkai malai (blas leher).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berkembangnya penyakit Blas diantaranya:
1. Kondisi Lingkungan
Apabila disuatu areal sudah pernah terjadi serangan blas, besar kemungkinan blas ini akan segera menyebar apabila didukung oleh kelembapan dan suhu optimum yaitu antara 24º C - 28º C
2. Jarak Tanam
Jarak tanam yang rapat bisa mengakibatkan kelembapan disekitar tanaman akan meningkat, sehingga bisa mempercepat perkembangan jamur
3. Pemupukan
Pemupukan unsur Nitrogen dimusim penghujan yang tinggi juga akan memicu pertumbuhan Pyricularia oryzae. Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi yang ideal dan lemahnya jaringan daun, sehingga spora blas pada awal pertumbuhan dapat menginfeksi optimal dan menyebabkan kerusakan serius pada tanaman padi.
4.Kebersihan Lahan
Kebersihan lahan dari gulma juga sangat mempengaruhi serangan blas, pada lahan yang gulmanya tidak dikendalikan serangan blas lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang bebas gulma, karena gulma merupakan salah satu inang tempat berkembangnya jamur Pyricularia ini.
5. Benih yang tidak sehat
Budidaya padi dengan menggunakan benih yang kurang sehat, apalagi menggunakan benih yang sebelumnya pernah terserang blas, bisa menyebabkan berkembangnya serangan blas apabila benih tersebut ditanam kembali, karena jamur ini bisa bertahan beberapa tahun didalam benih padi.
Usaha Pencegahan dan Pengendalian blas bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya :
1. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada tanaman padi .
Salah satu tujuan PTT adalah mampu
menekan penurunan hasil akibat OPT(Organisme penggangu Tumbuhan) antara
lain dengan jalan sebagai berikut :
a. Penggunaan varietas tahan & pembenaman jerami
Penggunaan varietas baru yang tahan
terhadap blas sangat dianjurkan bagi daerah yang endemi terhadap blas
antara lain : Inpari 13, Luk ulo, Silugonggo, Batang Piaman, Inpago dll.
Proses dekomposisasi jerami selain dapat
berfungsi sebagai pupuk organik juga dapat membunuh miselia blas dan
tidak berpotensi untuk berkembang.
b. Pemupukan berimbang
Penggunaan pupuk sesuai anjuran terutama
pada daerah-daerah endemi penyakit blas terutama dengan penggunaan
Nitrogen yang tidak berlebihan dan dengan penggunaan kalium dan phosfat,
dianjurkan agar dapat mengurangi infeksi blas di lapangan. Penggunaan
kalium mempertebal lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora
akan terhambat dan tidak akan berkembang di lapangan.
c. Waktu tanam yang tepat
Pengaturan waktu tanam pada saat yang
bertepatan banyak embun perlu dihindari agar pertanaman terhindar dari
serangan penyakit blas yang berat. Keadaan ini memerlukan data iklim
spesifik dari wilayah-wilayah pertanaman padi setiap lokasi.
2. Penggunaan Fungisida
Penggunaan fungisida dianjurkan untuk daerah endemis penyakit blas dengan ketentuan pengendalian hama secara terpadu dan tepat guna. ada beberapa fungisida kimia yang bekerja secara sistemik untuk mengendalikan penyakit blas dan sudah banyak beredar di pasaran dengan bahan aktif Propikonazol, Trisiklazol, difenokonazol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar