oleh : ICHSAN KURNIAWAN
Beberapa waktu yang lalu,
Nagari Sungai Landia melaksanakan kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR). Salah satu
komoditi yang dipilih anggota Kelompok Masyarakat dalam KBR adalah Gaharu.
Namun ada sedikit keragu-raguan akan pertumbuhannyasehingga Kelompok memutuskan
jumlah pembibitan pada KBR untuk komoditi ini hanya 500 batang.
Sebenarnya bagaimana dan
apa keuntungan yang dapat diperoleh dari Gaharu ini? Berikut beberapa ulasan
mengenai Gaharu yang dirangkum dari berbagai sumber.
Gaharu merupakan komoditi kehutanan dengan warna
kayu kehitaman
dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari
marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan
dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum. Gaharu
sejak awal era modern (2000 tahun yang lalu) telah menjadi komoditi perdagangan
dari Kepulauan Nusantara ke India, Persia, Jazirah Arab,
serta Afrika Timur.
Berdasarkan studi dari Ng et al. (1997), diketahui jenis-jenis berikut ini menghasilkan resin gaharu apabila terinfeksi oleh kapang gaharu :
|
|
Bentuk
dan Morfologi Gaharu
Gaharu tingginya dapat
mencapai 40 m dengan diameter bisa
sampai 50-60 cm. Kayunya keras dengan permukaan batangnya licin, berwarna
keputih-putihan, kadang-kadang beralur. Daun lonjong memanjang dengan ukuran panjang 6-8
cm, lebar 3-4
cm. Tulang
daun sekunder berjumlah 12-15 pasang. Bunga terdapat pada ujung ranting, ketiak daun. atau kadang-kadang
di bawah ketiak daun. Bentuk
bunga lancip berwarna hijau kekuningan atau putih,
berbau harum. Sementara buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya sampai 4 cm,
lebar 2,5 cm.
Syarat Tumbuh Gaharu
Rentang pertumbuhan
komoditi Gaharu mulai dari dataran rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian 700-800 mdpl.
Perbanyakan
Bibit
Secara Generatif
Secara generatif dapat
dilakukan seleksi yakni dengan syarat pemilihan :
- Buah yang sudah tua di batang dikumpulkan pada musim buah.
- Buah yang diperoleh dikeringkan selama beberapa hari dengan cara diangin-anginkan atau dijemur selama 2 (dua) jam pada pagi hari, yaitu antara jam 08.00-10.00.
- Biji yang sudah kering ditaruh di dalam karung dan disimpan dengan baik, jangan sampai terkena air, lembab, berjamur atau dimakan serangga dan tikus, sampai waktunya untuk disemaikan.
Pembuatan bibit secara puteran
- Tanaman Gaharu dapat dikembangbiakkan secara alami melalui pemencaran biji. Pohon yang sehat biasanya dapat menghasilkan banyak biji dengan daya kecambah yang cukup tinggi. Umumnya, pohon yang berasal dari biji baru bisa menghasilkan buah setelah berumur ± 8 (delapan) tahun.
- Anakan gaharu dapat diambil pada awal musim penghujan. Pengambilan anakan ini harus disertai dengan tanah disekitarnya dan dilakukan dengan hati-hati agar akar jangan sampai rusak. Kemudian anakan tersebut ditempatkan di polybag dan dipelihara di bedengan sampai siap untuk ditanam.
Cara
Vegetatif
Perbanyakan
bibit tanaman gaharu secara vegetatif dapat dengan cangkok, okulasi, stek pucuk
dan lain sebagainya. Namun cara vegetatif ini memiliki kelemahan, antara
lain :
- Perakaran tanaman kurang lengkap, sehingga mudah roboh bila tertiup angin kencang.
- Tanaman kurang tahan menghadapi keadaan kurang air, khususnya di musim kemarau panjang, karena sifat perakarannya yang dangkal dan kurang mampu mengambil air tanah.
Namun
perbanyakan dengan cara vegetatif ini adalah bibit relatif lebih cepat
dibandingkan dengan cara generatif.
Penanaman
Penanaman benih gaharu sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan di pagi hari sampai jam 11.00, dan dapat dilanjutkan pada jam 4 petang harinya.
Penanaman benih gaharu sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan di pagi hari sampai jam 11.00, dan dapat dilanjutkan pada jam 4 petang harinya.
Jarak Tanam
Jarak tanam 3x3 m (1.000 pohon/ha.), namun dapat juga 2.5x3 m sampai 2.5x5 m. Jika tanaman gaharu ditanam pada lahan yang sudah ditumbuhi tanaman lain, maka jarak tanaman gaharu minimal 3 m dari tanaman tersebut.
Lubang tanam
Ukuran lubang tanam adalah 40x40x40 cm. Lubang yang sudah digali dibiarkan minimal 1 minggu, agar lubang beraerasi dengan udara luar. Kemudian masukkan pupuk dasar, campuran serbuk kayu lapuk dan kompos dengan perbandingan 3:1 sampai mencapai ¾ ukuran lubang. Kemudian setelah beberapa minggu pohon gaharu, siap untuk ditanam.
PemeliharaanPemupukan
dapat dilakukan sekali 3 bulan, namun dapat juga setiap 6 bulan dengan kompos
sebanyak 3 kg melalui pendangiran dibawah canopy. Penggunaan pupuk kimia
seperti NPK dan majemuk dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis
rendah (5 gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1 tahun, kemudian dosisnya
bertambah sesuai dengan besarnya batang tanaman. Hama tanaman gaharu yang perlu
diperhatikan adalah kutu putih yang hidup di permukaan daun bawah, bila kondisi
lingkungan lembab. Pencegahan dilakukan dengan pemangkasan pohon pelindung agar
kena cahaya matahari diikuti penyemprotan pestisida seperti. Pembersihan gulma
dapat dilakukan 3 bulan sekali atau pada saat dipandang perlu.
Pemangkasan pohon dilakukan pada umur 3 sampai 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan menyisakan 4 sampai 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 m, sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu.
Pemangkasan pohon dilakukan pada umur 3 sampai 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan menyisakan 4 sampai 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 m, sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu.
Proses Pembentukan Gaharu
Gaharu dihasilkan
tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang
terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya
cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan
pengeboran dan penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman
dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu
senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau
patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan
beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah
meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi
tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk
dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang
telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman
menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan
pada batang dan cabang tanaman. Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang
harum karena mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol.
Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu
dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil
gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam
jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai
inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium
nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium
roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.
Proses Pembentukan Gaharu secara Bauatan:
Teknologi sederhana untuk membentuk gaharu,
diantaranya adalah sebagai berikut :
- Melukai batang pohon
- Cara pembenihan mikroorganisme
- Pemberian oli dan gula merah
- Memasukan potongan gaharu
- Cara bor spiral pada batang gaharu (Aquilaria malaccensis) yang berumur minimal 5 tahun
Spesifikasi
Gaharu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sortimen, yaitu gubal gaharu, kemedangan dan abu gaharu.
Gaharu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sortimen, yaitu gubal gaharu, kemedangan dan abu gaharu.
Cara Pemungutan
- Gubal gaharu dan kemedangan diperoleh dengan cara menebang pohon penghasil gaharu yang telah mati, sebagai akibat terjadinya akumulasi damar wangi yang disebabkan oleh infeksi pada pohon tersebut.
- Pohon yang telah ditebang lalu dibersihkan dan dipotong-potong atau dibelah-belah, kemudian dipilih bagian-bagian kayunya yang telah mengandung akumulasi damar wangi, dan selanjutnya disebut sebagai kayu gaharu.
- Potongan-potongan kayu gaharu tersebut dipilah-pilah sesuai dengan kandungan damarnya, warnanya dan bentuknya.
- Agar warna dari potongan-potongan kayu gaharu lebih tampak, maka potongan-potongan kayu gaharu tersebut dibersihkan dengan cara dikerok.
- Serpihan-serpihan kayu gaharu sisa pemotongan dan pembersihan atau pengerokan, dikumpulkan kembali untuk dijadikan bahan pembuat abu gaharu.
Pengolahan Minyak Gaharu
Sebelum dijadikan bahan baku parfum, gaharu
harus diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan minyak dan senyawa aromatik yang
terkandung di dalamnya. Sebagian kayu gaharu dapat dijual ke ahli penyulingan
minyak yang biasanya menggunakan teknik distilasi uap atau air untuk
mengekstraksi minyak dari kayu tersebut. Untuk mendapatkan minyak gaharu dengan
distilasi air, kayu gaharu direndam dalam air kemudian dipindahkan ke dalam
suatu tempat untuk menguapkan air hingga minyak yang terkandung keluar ke
permukaan wadah dan senyawa aromatik yang menguap dapat dikumpulkan secara
terpisah. Teknik distilasi uap menggunakan potongan gaharu yang dimasukkan ke
dalam peralatan distilasi uap. Tenaga uap yang menyebabkan sel tanaman dapat
terbuka sehingga minyak dan senyawa aromatik untuk parfum dapat keluar. Uap air
akan membawa senyawa aromatik tersebut kemudian melalui tempat pendinginan yang
membuatnya terkondensasi kembali menjadi cairan. Cairan yang berisi campuran
air dan minyak akan dipisahkan hingga terbentuk lapisan minyak di bagian atas
dan air di bawah. Salah satu metode digunakan saat ini adalah ekstraksi dengan
[superkritikal CO2], yaitu CO2 cair yang terbentuk karena
tekanan tinggi. CO2 cair berfungsi sebagai pelarut aromatik yang
digunakan untuk ekstraksi minyak gaharu. Metode ini menguntungkan karena tidak terdapat
residu yang tersisa, CO2 dapat dengan mudah diuapkan saat berbentuk
gas pada suhu dan tekanan normal.
Nilai Ekonomi
Gaharu banyak diperdagangan dengan harga
jual yang sangat tinggi terutama untuk gaharu dari tanaman famili Themeleaceae
dengan jenis Aquilaria spp. yang dalam dunia perdangangan disebut
sebagai gaharu beringin. Untuk jenis gaharu dengan nilai jual yang relatif
rendah, biasanya disebut sebagai gaharu buaya. Selain ditentukan dari jenis
tanaman penghasilnya, kualitas gaharu juga ditentukan oleh banyaknya kandungan
resin dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan resin di dalamnya maka
harga gaharu tersebut akan semakin mahal dan begitu pula sebaliknya. Secara
umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas besar, yaitu gubal,
kemedangan, dan abu. Gubal merupakan kayu berwarna hitam atau hitam kecoklatan
dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang memiliki kandungan damar
wangi beraroma kuat. Kemedangan adalah kayu gaharu dengan kandungan damar wangi
dan aroma yang lemah serta memiliki penampakan fisik berwarna kecoklatan sampai
abu-abu, memiliki kasar, dan kayu lunak. Kelas terakhir adalah abu gaharu yang
merupakan serbuk kayu hasil pengerokan atau sisa penghancuran kayu gaharu.
Prospek Bisnis GaharuSebanyak 2000 ton/tahun gaharu memenuhi pusat perdagangan gaharu di
Singapura. Gaharu tersebut 70% berasal dari Indonesia dan 30% dari
negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hutan alam sudah tidak mampu lagi
menyediakan gaharu. Gaharu hasil budidaya merupakan alternatif pilihan untuk
mendukung kebutuhan masyarakat dunia secara berkelanjutan.
Jika satu pohon gaharu hasil budidaya menghasilkan 10 kg gaharu (semua kelas), maka diperlukan pemanenan 200.000 pohon setiap tahun.
Dengan harga mulai dari 500.000-30 juta/kg bahkan bisa lebih, tergantung asal species pohon dan kualitas gaharu dan minyak gaharu yang disuling dari gaharu kelas rendah (kemedangan) memiliki harga mulai dari 50.000-100.000/ml maka keuntungan dari budidaya gaharu dapat mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat
Jika satu pohon gaharu hasil budidaya menghasilkan 10 kg gaharu (semua kelas), maka diperlukan pemanenan 200.000 pohon setiap tahun.
Dengan harga mulai dari 500.000-30 juta/kg bahkan bisa lebih, tergantung asal species pohon dan kualitas gaharu dan minyak gaharu yang disuling dari gaharu kelas rendah (kemedangan) memiliki harga mulai dari 50.000-100.000/ml maka keuntungan dari budidaya gaharu dapat mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar