oleh : ICHSAN KURNIAWAN,SP
A. Hama penggerek buah Kakao (PBK)
Hama
penggerek buah kakao (Conophomorpa cramerella) atau sering disebut PBK
merupakan salah satu hama yang paling sering dijumpai dalam budidaya kakao.
Hama ini menyerang buah dan menyebabkan turunnya kuantitas dan kualitas hasil. Pengendalian hama PBK dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan sanitasi, pemangkasan, panen
sering, pemupukan dan sarungisasi serta pengendalian secara biologi (Karmawati et
al. 2010; Widodo, 2010; Sudarto et al., 2010; Anonymous, 2010).
Sanitasi dilakukan pada buah terserang yang baru dipanen dengan cara menimbun
buah–buah terserang tersebut ke dalam lobang tanah kemudian ditutup tanah
setebal 20 cm. Hal ini dilakukan agar PBK yang ada pada buah tersebut mati.
Pemangkasan dilakukan untuk mengatur kondisi lingkungan pertanaman kakao agar
tidak terlalu lembab sehingga tidak mendukung perkembangan populasi PBK.
Pemangkasan dilakukan terhadap tanaman kakao maupun tanaman penaung pada awal
musim hujan. Pemotongan cabang tanaman kakao dilakukan terhadap cabang yang
arahnya ke atas, diluar batas 3-4 m. Luka bekas potongan harus ditutupi dengan
obat penutup luka. Panen sering dilakukan dengan tujuan untuk memutus siklus
perkembangan hama PBK. Panen dilakukan seminggu sekali terhadap buah yang sudah
masak baik masak sempurna maupun masak awal, kemudian segera dipecah atau
diproses (Siswanto et al. 2012)
Setelah dilakukan pemangkasan, tanaman dipupuk,
untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan PBK dengan jenis, dosis
dan waktu yang tepat. Sarungisasi dilakukan untuk mencegah serangan PBK, dengan
menggunakan kantong plastik yang dilobangi bagian bawahnya agar air bisa keluar
dan tidak lembab sehingga tidak terjadi pembusukan. Penyarungan dilakukan pada
saat buah berukuran 8-10 cm.
Pengendalian
secara biologi dapat dilakukan dengan menggunakan semut predator, jamur Beauveria
bassiana dan parasitoid telur Trichogrammatoidea spp. Peningkatan
populasi semut khususnya semut hitam dapat dilakukan dengan memasang lipatan
daun kelapa kering atau daun kakao kering dan koloni kutu putih (Siswanto et al. 2012).
B. Hamahelopeltis
Untuk
mengendalikan Helopletis spp. dapat dilakukan beberapa cara telah dilakukan
antara lain dengan menggunakan semut hitam, Dolichoderus thoracicus (=D.bituberculatus).
Semut hitam mengganggu Helopeltis spp. Keberadaan semut ini pada
permukaan buah menyebabkan Helopeltis tidak bisa meletakkan telur atau
mengisap buah karena diserang oleh semut-semut tersebut. Sarang semut dibuat dari daun kakao
kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula. Pengendalian
hama ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan jamur B. bassiana.
Dengan penyemprotan ini Helopeltis akan mati setelah 2-5 hari (Sulistyowati
et al, 2003).
Serangga ini mempunyai tipe
metamorfosa sederhana, terdiri dari telur, nimfa dan imago. Telur berbentuk
lonjong, berwarna putih, pada salah satu ujungnya terdapat sepasang benang yang
tidak sama panjangnya. Telur diletakkan pada permukaan buah atau pucuk dengan
cara diselipkan di dalam jaringan kulit buah atau pucuk dengan bagian ujung
telur yang ada benangnya menyembul keluar. Stadium telur berlangsung antara 6-7
hari. Nimfa mempunyai bentuk yang sama dengan imago tetapi tidak bersayap,
terdiri dari 5 instar dengan 4 kali ganti kulit. Stadium nimfa berkisar antara
10-11 hari. Imago berupa kepik dengan panjang tubuh kurang lebih 10 mm. Lama
hidup serangga betina berkisar antara 10-42 hari, sedangkan jantan 8-52 hari.
Seekor imago betina mampu meletakkan telur hingga 200 butir selama hidupnya.
Serangga muda (Nimfa) dan
dewasa (imago) menyerang pucuk dan buah muda tanaman kakao dengan
menusukkan alat mulutnya (stilet) ke jaringan tanaman kemudian
mengisap cairan di dalamnya. Stilet membentuk dua saluran, yaitu saluran
makanan dan saluran air liur. Ketika stilet melakukan penetrasi ke tanaman
inang maka air liur akan dipompa ke bagian tersebut menyebabkan jaringan
tanaman menjadi lebih basah sehingga lebih mudah untuk diisap. Pada kelenjar
ludah dan midgut Helopeltis dijumpai enzim amylase, protease, dan lipase.
Adanya enzim ini akan membantu merombak jaringan tanaman dan penetrasi stilet
serta melawan pertahanan kimia tanaman inang
C. Penyakit busuk buah.
Penyakit busuk buah kakao adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi cendawan Phytoptora
palmivora pada buah kakao. Infeksi dapat terjadi pada
buah-buah yang masih pentil muda hingga buah-buah yang sudah siap petik.
Penyakit ini menyebabkan kerugian yang sangat besar karena serangan langsung
ditujukan pada buah yang notabene menjadi sumber penghasilan petani dari bisnis
budidaya tanaman kakao.
Gejala serangan awal berupa bercak
coklat pada permukaan buah, umumnya pada ujung atau pangkal buah yang lembab
dan basah. Selanjutnya bercak membesar hingga menutupi semua bagian kulit buah.
Saat kondisi cuaca lembab, pada permukaan bercaktersebut akan tampak miselium
dan spora jamur berwarna putih. Miselium dan spora inilah yang akan menjadi
alat reproduksi P. palmivora untuk melakukan penyebaran dan penularan penyakit
busuk buah ke buah-buah kakao yang masih sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar