oleh : ICHSAN KURNIAWAN,SP
Program Keluarga Harapan (PKH)
adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM). Sebagai imbalannya RTSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait
dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
2 dari tujuan utama PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama kelompok masyarakat miskin.
Secara khusus, tujuan PKH adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM
a. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM
b. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM melalui ragam
keterampilan termasuk dalam bidang pertanian,
A. PENGERTIAN PEKARANGAN
Pekarangan merupakan sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di
usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui
perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup,
warung hidup atau apotik hidup.
Lahan
pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna antara lain yaitu;
1. Selain untuk penghijauan,
tanaman sayuran dapat menjadi sumber kebutuhan sayur;
2. Salah satu bentuk penyaluran
hobi;
3. Timbulnya rasa bangga jika
mampu memanen dan mengkonsumsi sayuran yang ditanam sendiri ;
4. Diperolehnya sayuran yang lebih
terjamin kebersihan dan mutunya, karena penggunaan pestisida yang dapat ditekan
semaksimal mungkin;
5. Bertanam sayuran berarti
melatih seluruh anggota keluarga untuk lebih mencintai Alam ;
6. Bahkan di tengah kondisi harga
bahan kebutuhan pokok naik,menanam sayur mayur di kebun dapat turut membantu
perekonomian dalam rumah tangga , bahkan kalau hasilnya lebih, bisa dijual ke
pasar.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan
tujuan utama dalam menunjang suksesnya Pembangunan antara lain dengan
memanfaatkan tanah-tanah pekarangan secara intensif. Setiap anggota
masyarakat baik yang tinggal di kota
maupun di pedesaan mempunyai atau hidup dalam suatu pekarangan, hanya penduduk yang berdomisili
di pedesaan biasanya dapat menikmati tingkat ketenangan yang relatif lebih baik
karena terhindar dari keramaian atau volusi, namun bagi masyarakat yang tinggal
di pedesaan itu nampaknya masih belum memanfaatkan potensi tanah pekarangannya.
Pekarangan
bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan saja, tetapi lebih
daripada itu adalah guna meningkatkan perekonomian keluarga masing-masing.
Jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam di pekarangan rumah masing-masing adalah
jenis sayur-sayuran, buah-buahan, obat-obatan, tanaman hias dan lain sebagainya
yang kesemuanya itu dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan selebihnya bisa
dijual.
Pemanfaatan Pekarangan yang
dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan,
sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara
terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga.
B. PRINSIP PEMANFAATAN PEKARANGAN
Bila
diteliti lebih jauh tentang manfaat pekarangan dengan melakukan intensifikasi
tanaman pekarangan di jumpai tiga prinsif utama yakni;
1. Prinsip dengan pengeluaran biaya serendah mungkin dimaksudkan dengan
mengeluarkan biaya sedikit didalam melaksanakan penanaman di dalam pekarangan
tersebut akan dapat hasil yang lebih banyak, sehingga dengan usaha memanfaatkan
tanah pekarangan itu berarti keluarga bersangkutan telah melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi didalam meningkatan pendapatan.
Untuk dapat menunjang suksesnya tanaman- tanaman
di dalam pekarangan tersebut perlu pula melakukan pemupukan dengan pupuk
kandang, kompas yang diperoleh tanpa membeli atau diperoleh dari dalam
pekarangan itu sendiri.
Jika ada bibit penyakit pada tanaman didalam
pekarangan tersebut disarankan supaya sebaiknya didalam melakukan pemberantasan
jangan memakai obat-obatan yang untuk memperolehnya harus mengeluarkan uang,
tetapi sebaiknya diberantas dengan membakar sampah-sampah sedikit demi sedikit.
2. Prinsip berkesinambungan, dengan maksud melakukan
usaha tanaman pekarangan itu tidak hanya sekali saja atau hanya pada waktu
diingatkan saja, namun sebaiknya dilakukan terus-menerus karena pada hakekatnya
usaha yang berkelanjutan itu akan memberikan kemanfaatan atau kemudahan bagi
keluarga sendiri untuk menunjang kebutuhan hidup selama-lamanya. Manusia selama
hidup selalu membutuhkan makanan sedangkan apa yang diusahakan melalui
intensifikasi tanaman pekarangan tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
3. Prinsip pengembangan
tanaman bergizi tinggi, yaitu jenis- jenis
tanaman yang akan ditananam tersebut sebaiknya diseleksi jenis tanaman
yang bisa memberikan gizi tinggi tanpa mengurangi, pertimbangan penyesuaian
faktor iklim, tempat, selera dan lain sebagainya. Pemerintah dalam hal ini,
khususnya bagi Dinas Pertanian yang lebih banyak tahu tentang jenis tanaman
yang bergizi tinggi itu akan sering memberikan dorongan kepada masyarakat atau
sama sekali belum pernah dirasakan oleh
masyarakat setempat pada suatu lingkungannya.
C. POLA TANAM PEKARANGAN
Ditinjau dari tata letak
pekarangan, pola penanaman pekarangan yang baik dapat diatur seperti : tanaman
halaman muka, sebaiknya ditanam dengan bunga-bungaan, sayur-sayuran yang
pohonnya pendek dan tanaman yang pohonnya agak tinggi sebaiknya ditanam
dipinggir dari pekarangan halaman muka itu sehingga tidak mengganggu pancaran
sinar matahari yang mau masuk kehalaman rumah.
1. Tanaman
Sisi Rumah, sebaiknya jenis tanaman sayur-sayuran, obat-obatan dan bumbu-bumbuan
dengan menghindari tanaman yang berpohon tinggi apalagi berpohon besar. tanaman
yang berpohon besar akan berakar besar pula sehingga bisa merusak pondasi rumah
disamping pekarangan menjadi sangat lembab.
2. Tanaman
Belakang Rumah, bisa dilakukan dengan jenis tanaman yang pohonnya agak tinggi tetapi
tidak begitu besar dan pilih yang bisa memberikan hasil secara teru-menerus dan
bisa juga tanaman hias yang mempunyai harga relatif tinggi
atau mahal.
3. Tanaman
Pagar. dimaksudkan sebagai tanaman batas pekarangan hendaknya dipergunakan pagar
hidup yang cepat tumbuh, banyak cabang, kuat dan lebat, tanah pangkas dan
bermanfaat banyak, misalnya : beluntas bisa dipakai untuk obat dan lalap,
tanaman puring, mongkokun, kedondong, belimbing dan lain sebagainya
D. POTENSI PENGEMBANGAN
Komoditi yang diusahakan dipekarangan sebaiknya disesuaikan
dengan kesesuaian komoditi dengan daerah yang bersangkutan, peluang pasar, dan
nilai guna meliputi:
1. Tanaman
pangan:
a. Sayuran buah seperti cabai
besar, cabai rawit, kapri, kecipir, tomat, buncis,kacang panjang, terong ,
mentimun , pare dan paprika .
b. Sayuran daun seperti kangkung,
caisim, bawang daun, bayam, kubis, kemangi, seledri, selada, sawi, dan
talas daun.
c. Sayuran bunga seperti kol,
brokoli dan bunga papaya
d. Sayuran umbi seperti wortel,
kentang, bawang merah dan bawang putih, bawang bombay, dan lobak serta tanaman
bumbu dan empon-emponan seperti temu kunci, kencur, serai, lengkuas dan kunyit
yang masih termasuk tanaman sayuran umbi-umbian
e. Tanamanbuah-buahan, obat-obatan, tanaman hias;
2. Ternak: ternak unggas hias, ternak petelur,
ternak pendaging
3. Ikan: ikan hias, ikan produksi daging,
pembenihan dan
lain-lain.
TEKNIK OPTIMALISASI PEKARANGAN
SEDERHANA
Langkah-langkah pembuatan unit vertikultur sistem
rak adalah sebagai berikut :
- Buat serangkaian rak dengan tinggi kira-kira 1 m, lebar 1 m, panjang sesuai kebutuhan,
- Atur empat rangkaian rak secara berundak, dengan jarak antara undakan adalah kira-kira 30 cm, dan lebar masig-masing rak adalah 25-30 cm,
- Potong talang air dengan ukuran sesuai rangka rak yang dibuat, lalu masing-masing ujung talang ditutup menggunakan penutup talang lalu dilekatkan menggunakan lem secara permanen,
- Lubangi dasar talang dengan bor atau pisau, diameter lubang kurang lebih 1 cm dan jarak antar lubang berkisar 15-20 cm,
- Isi talang menggunakan media tanam yang telah disiapkan, dan lakukan penyusunan pada rak.
Teknik
pembuatannya didahului dengan memilih teknik yang dibutuhkan serta menyiapkan
tempat bertanam misalnya pipa, bamboo atau pohon pisang. kita membuat lubang
tanam di sepanjang bagian 100 cm Anda tentu saja bisa menggunakan alat lain
seperti pahat, atau apa saja yang Anda punya untuk membuat lubang.
Lubang
dibuat secara selang-seling pada keempat sisi bambu (kita asosiasikan permukan
bambu dengan bidang kotak). Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat
masing-masing tiga lubang tanam, pada dua sisi lainnya masing-masing dua lubang
tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam secara keseluruhan. Setiap lubang
berdiameter kira-kira 1,5 cm, sedangkan jarak antar lubang kita buat 30 cm.
Jika diilustrasikan dengan permukaan datar,
posisi lubang-lubang tanam akan tampak seperti gambar di bawah ini.
Kini
saatnya menanam bambu dengan memasukkan 20 cm bagian bawah ke dalam tanah. Kita
menempatkan kedua batang bambu pada jarak satu meter lebih, walaupun 40-50 cm
barangkali masih memadai. Batang bambu tidak ditancapkan begitu saja, melainkan
dibuatkan lubang dulu seperlunya.
Teknik lain yakni dengan melubangi sepanjang
bamboo untuk memasukkan media tanam. Dengan ukuran bamboo panjang 120 cm, kita
menyisakan pada sisi kiri dan kanan sepanjang + 5 cm.
Pengadaan media tanam
Media
tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media
tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media
tanam yang kita gunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam
dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran
hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat
unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan
prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah
sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi
unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran
media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan
tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong
tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu
diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar
tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada
keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
Persiapan bibit tanaman dan
penanaman
Jauh
sebelum kita berencana membuat wadah vertikal, kita telah mulai mempersiapkan
sejumlah bibit tanaman, tadinya untuk ditanam langsung ke tanah. Ketika tanaman
sudah mencapai umur siap dipindahkan, barulah kita menetapkan ide untuk menanam
secara vertikal. Jadi dalam hal ini, kebetulan waktunya tepat. Pada dasarnya
ada tiga tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman.
Seperti
halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah
bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang
di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Di sini kita menggunakan
wadah khusus persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah
(tray lain jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi). Kita juga menggunakan
sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas tempat kue. Adapun untuk media
tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang bersifat organik.
Jika
menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena
setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika
menggunakan wadah lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan disesuaikan
dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa
agar tidak berdempetan. Dua-tiga minggu setelah persemaian benih sudah
berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih yang sudah tumbuh daun
berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindahtanamkan. Karena waktu itu kita belum
berencana untuk menanamnya di tanah, juga belum terpikir tentang vertikultur,
bibit-bibit tadi kita pindahkan ke polybag dan wadah-wadah lain yang bisa kita
gunakan.
Bibit
tanaman yang kita pindahkan ke wadah bambu sudah berumur lebih dari satu bulan,
daunnya pun sudah bertambah. Karena kita hanya memiliki total 20 lubang tanam
dari dua batang bambu, maka kita cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik. Kita
memilih 10 bibit tanaman cabe merah dan 10 bibit tomat. Sebelum bibit-bibit
ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu kita menyiramkan air ke dalamnya. Kita
menyiram hingga jenuh, ditandai dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang
tanam. Setelah kita rasa cukup, kita pun mulai menanam bibit satu demi satu.
Setiap lubang tanam kita bolongi lagi tanahnya untuk memasukkan akar. Semua
bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit
(cabe merah dan tomat) kita kelompokkan di wadah bambu terpisah. Kini kita
memiliki dua “kebun vertikal”.
Perkembangan dan pemeliharaan
Pada
hari pertama setelah penanaman, sejumlah daun menguning dan beberapa di
antaranya malah berguguran. Namun, 2-3 hari kemudian, daun-daun muda
bermunculan. Satu bulan kemudian batang semakin besar, cabang bertambah, dan
daun semakin rimbun, menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan meskipun
tidak sepesat pola tanaman normal yang ditanam di tanah, atau setidaknya di
pot.
Seperti
halnya tanaman konvensional, tanaman vertikultur harus disiram dan dipupuk
secara berkelanjutan, juga dilakukan penyemprotan untuk mencegah dan/atau
membunuh hama pengganggu. Dan seperti juga tanaman dalam wadah lainnya,
pemupukan harus lebih sering karena tanaman tidak mendapatkan unsur hara yang
umumnya terdapat secara alami di dalam tanah. Karena posturnya yang jangkung
dan wadah yang sebagian besar tertutup, kita berpikir bahwa yang cocok
digunakan adalah pupuk cair. Kita memilih salah satu produk pupuk cair organik
yang saat ini sudah banyak beredar di pasar. Untuk pengusir hama, kita juga
menggunakan produk berbahan organik dari pasar yang selain untuk mengusir hama
juga memiliki fungsi untuk mempercepat penguraian bahan pupuk organik.
Kita
menyukai kenyataan walaupun awalnya agak aneh, bahwa untuk menyiram, kita hanya
“memasukkan” air dari atas lubang bambu. Begitupun ketika mengaplikasikan pupuk
cair. Selain itu kita juga mencipratkan air dan pupuk cair langsung ke daun
tanaman, atau dengan menggunakan semprotan. Satu hal lagi yang meringankan kita
dalam memelihara tanaman vertikultur adalah kita tidak perlu membersihkan
gulma, karena memang (sejauh ini) belum ada gulma yang tumbuh. Bandingkan jika
ditanam di tanah atau di pot yang memungkinkan gulma tumbuh sangat rajin. Hari
ini dibersihkan, dua hari kemudian sudah muncul lagi.
Bentuk-bentuk veltikultur
Model
dan bahan untuk membuat wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan
dengan kondisi dan keinginan. Selain bambu dapat juga digunakan paralon, kaleng
bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa. Ada beberapa model lain yang
ingin dan telah kita coba, dengan bahan bambu yang sangat dominan. Kita hanya
ingin memanfaatkan sisa-sisa bahan bangunan yang digunakan waktu renovasi,
karena kita percaya bahwa salah satu filosofi dari vertikultur adalah
memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.
(disari dari berbagai sumber)
terimakasih kak untuk infonya
BalasHapusElever